Rusia Berang PM Inggris Boris Johnson Andaikan Presiden Vladimir Putin Sebagai Wanita
Gara-gara ejeken PM Inggris itu, Pemerintah Rusia memanggil Duta Besar Inggris Deborah Bronnert, Kamis (30/6/2022).
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW - Rusia tidak terima pernyataan Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson mengandaikan Presiden Vladimir Putin sebagai wanita atau perempuan.
Gara-gara pernyataan itu, Pemerintah Rusia memanggil Duta Besar Inggris Deborah Bronnert, Kamis (30/6/2022).
Pihak Rusia mengajukan protes atas pernyataan menyerang dari Johnson kepada Putin.
“Rusia menentang dengan tegas komentar menyerang dari otoritas Inggris terhadap Rusia, pemimpinnya, pejabatnya juga masyarakat Rusia,” bunyi pernyataan Kremlin dikutip dari The Moscow Times.
“Dalam masyarakat yang sopan merupakan kebiasaan untuk meminta maaf atas komentar semacam ini,” tambahnya.
Baca juga: Vladimir Putin Sering Diberitakan Sakit Keras oleh Media Barat, Lihat Kondisinya Saat Bertemu Jokowi
Mereka pun mengecam keras retorika penghinaan yang disebut tak dapat diterima, yang telah dilakukan oleh Johnson.
Sebelumnya, pada Selasa (28/6/2022), Johnson mengatakan Putin tak akan memulai perang di Ukraina jika ia seorang perempuan.
Ia juga menegaskan operasi militer ke Ukraina merupakan contoh sempurna maskulinitas yang merusak.
“Jika Putin seorang perempuan, yang jelas bukan, tetapi jika ia seperti itu, saya pikir ia tak akan melakukan perang dan invasi yang gila, maskulin serta melakukan kekerasan yang ia lakukan,” kata Johnson kepada ZDF.
Putin sendiri membantah komentar Johnson, dan menyebutnya tidak benar.
Ledekan untuk Putin
Tak hanya itu.
Sejumlah pemimpin negara-negara anggota G7 juga telah meledek tubuh Putin saat mereka akan melakukan pertemuan.
Mereka bergurau terkait Putin yang kerap memperlihatkan foto bertelanjang dada saat tengah berkuda.