Gejolak Harga Minyak Mentah Kerek Naik Inflasi Negara Pakistan, Melesat 21,32 Persen pada Bulan Juni
Inflasi juga dipicu kebijakan pemerintah Pakistan mencabut subsidi BBM untuk memotong defisit fiskal yang melonjak pada akhir Mei lalu
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews, Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, ISLAMABAD – Kenaikan harga bensin dan solar dipasar global telah mendorong lonjakan angka inflasi di Pakistan menjadi 21,32 persen YoY pada bulan Juni.
Kenaikan ini bahkan mengantarkan Pakistan menjadi negara di Asia Tenggara yang memiliki angka inflasi tertinggi dalam 13 tahun terakhir.
Mengutip dari Bloomberg, lonjakan inflasi ini terjadi imbas dari meroketnya harga energi dipasar global selama beberapa bulan terakhir, kondisi tersebut makin parah setelah pemerintah Pakistan mencabut subsidi BBM pada warga negaranya dengan tujuan untuk memotong defisit fiskal yang melonjak pada akhir Mei lalu.
Namun hal tersebut justru membuat harga BBM di Pakistan khususnya pada bulan Juni melonjak sebanyak 62,17 persen.
Tak hanya itu imbas dari kenaikan tersebut juga telah mengerek naik harga kebutuhan pokok lainnya.
Menurut data Biro Statistik Pakistan (PBS) pada hari Jumat (1/7/2022) indeks harga konsumen (CPI) di bulan Juni terpantau naik apabila dibandingkan dengan bulan Mei lalu. Dimana saat itu CPI hanya dipatok 13,8 persen.
Baca juga: Kapan Idul Adha 2022 di Arab, Malaysia dan Pakistan? Samakah dengan Indonesia?
Lonjakan lain juga terlihat pada Indeks harga makanan untuk bulan Juni, yang melesat sekitar sepertiga dari CPI, yakni 25,9 persen.
“Kenaikan harga bensin dan solar dalam negeri telah memberikan kontribusi terhadap inflasi yang tinggi, bahkan inflasi di bulan Juni Inflasi Juni adalah yang tertinggi dalam 13 tahun,” ujar menteri keuangan, Miftah Ismail.
Selain memicu lonjakan harga pangan dan inflasi, adanya kenaikan harga BBM juga telah membuat tagihan impor Pakistan membengkak hingga berdampak pada amblesnya nilai rupee Pakistan.
Tekanan inilah yang membuat bank sentral Pakistan terpaksa menaikkan suku bunga sebesar 400 basis poin untuk menjinakan laju harga bahan pokok di negaranya.
Tak hanya itu belakangan Pakistan juga tengah mencari pendanaan pada IMF sekitar 42 miliar dolar AS, demi meningkatkan cadangan devisa agar pemerintah Pakistan dapat kembali melakukan pembiayaan fiskal pada Juli nanti.