Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Washington “Lindungi” Israel di Kasus Pembunuhan Jurnalis Aljazeera Shireen Abu Akleh

Kemenlu AS mengeluarkan pernyataan kontradiktif terkait kasus pembunuhan jurnalis Aljazeera Shireen Abu Akleh.

Penulis: Setya Krisna Sumarga
zoom-in Washington “Lindungi” Israel di Kasus Pembunuhan Jurnalis Aljazeera Shireen Abu Akleh
AFP/HAZEM BADER
Warga Palestina memegang poster yang menampilkan jurnalis veteran Al Jazeera Shireen Abu Aqleh, yang menurut jaringan itu, ditembak mati oleh pasukan Israel saat dia meliput serangan di kamp pengungsi Jenin di Tepi Barat pada 11 Mei 2022, di kota Hebron, Tepi Barat . Poster itu bertuliskan dalam bahasa Arab, "Kesyahidan Wartawan Shireen Abu Aqleh". (Photo by HAZEM BADER / AFP) 

TRIBUNNEWS.COM, TEPI BARAT - Hampir dua bulan setelah pembunuhan wartawan veteran Al-Jazeera, Shireen Abu Akleh, Washington mengeluarkan pernyataan pers terbaru.

Siaran pers itu mengumumkan hasil penyelidikan Koordinator Keamanan AS (USSC) telah menyimpulkan tembakan (tentara) Israel "kemungkinan turut bertanggung jawab."

Namun, pernyataan itu juga menegaskan bukti tidak meyakinkan dan tidak bisa mengatakan pasukan Israel yang harus disalahkan.

Pernyataan sikap Kemenlu AS yang kontradiktif itu bertentangan dengan berbagai laporan investigasi yang menyimpulkan sebaliknya.

Shireen Abu Akleh ditembak tepat di bagian kepalanya saat hendak meliput aksi tentara Israel di wilayah pendudukan Tepi Barat.

Baca juga: PBB Sebut Jurnalis Al Jazeera Shireen Abu Akleh Tewas Ditembak Pasukan Israel, Bukan Orang Palestina

Baca juga: Liputan Investigasi CNN, Jurnalis Shireen Abu Akleh Sengaja Dibunuh Israel

Baca juga: Polisi Israel Serang Prosesi Pemakaman Jurnalis Al Jazeera Shireen Abu Akleh

Kematiannya disaksikan banyak orang. Rekaman detik-detik penembakan Abu Akleh juga terdokumentasikan media dan viral global.

Robert Inlakesh, seorang analisis politik dan juga jurnalis serta pembuat film berbasis di London menyebut kesimpulan Kemenlu AS itu tidak konsisten.

Berita Rekomendasi

Pemerintah AS juga mengklaim tidak ada alasan untuk percaya pembunuhan itu disengaja. Mereka menyebut kemungkinan besar akibat dari keadaan yang tragis.

Kelompok pembela hak asasi manusia Israel B'Tselem menyebut pernyataan dan hasil penyelidikan versis AS itu sebagai "mengaburkan”.

"Kami tidak percaya," kata keluarga Abu Akleh dalam pernyataan mereka yang mengecam siaran pers Departemen Luar Negeri AS itu.

Kontradiksi Sikap Washington

Apa yang mungkin paling mengkhawatirkan dari pernyataan Departemen Luar Negeri AS adalah sifatnya yang kontradiktif.

Mereka menyerukan pertanggungjawaban di satu sisi, sementara secara bersamaan tidak setuju laporan lain yang menunjukkan kesalahan Israel.

Mereka juga membuat penilaian niat yang tidak berdasar. Jika penyelidikan pemerintah AS tidak dapat menyimpulkan kesalahan Tel Aviv atau membuktikan seorang tentara Israel melepaskan tembakan, lalu bagaimana dapat menyimpulkan "kemungkinan" pelakunya tidak berniat membunuh Abu Akleh?

Menurut laporan investigasi CNN, Abu Akleh terbunuh dalam serangan yang ditargetkan oleh pasukan Israel.

Petunjuk itu menunjukkan pembunuhan itu memang disengaja. Klaim yang dibuat pemerintah Israel, baku tembak terjadi di menit-menit menjelang pembunuhan, dibantah penyelidikan Washington Post.

Fakta ini penting karena argumen militer Israel tentang mengapa mereka mengatakan penembakan itu tidak disengaja didasarkan pada klaim mereka tentara Israel kemungkinan mencoba menembaki militan Palestina.

Selanjutnya, menurut Washington Post, “Abu Akleh dan jurnalis lain yang diidentifikasi sebagai pers kemungkinan akan terlihat dari posisi konvoi IDF.”

The New York Times juga melakukan penyelidikannya tersendiri. Mereka menemukan tidak ada orang Palestina bersenjata di dekatnya (Abu Akleh) ketika dia ditembak.

Kesimpulan itu membantah klaim pemerintah Israel tentang berapa banyak peluru yang ditembakkan ke arah wartawan.

The New York Times menyatakan peluru yang membunuh Abu Akleh ditembakkan dari perkiraan lokasi konvoi militer Israel, kemungkinan besar oleh seorang tentara dari unit elit.

Penyelidikan PBB juga sampai pada kesimpulan konsisten dengan banyak temuan pihak lain, tembakan yang membunuh Abu Akleh berasal dari Pasukan Keamanan Israel.

Gagal Menunjukkan Keadilan

Elemen meresahkan lainnya seputar penyelidikan AS adalah kegagalan Gedung Putih dalam pendekatannya untuk mencapai keadilan.

Ketika berita pertama kali pecah tentang kematian Abu Akleh pada 11 Mei, juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price menyatakan Israel memiliki sarana dan kemampuan untuk melakukan penyelidikan menyeluruh dan komprehensif.

Pernyataan itu mengindikasikan penyelidikan AS tidak diperlukan. Namun, kemudian dilaporkan Israel tidak akan melakukan penyelidikan atas pembunuhan tersebut.

Sebuah pernyataan dari pengacara militer IDF menyatakan jika seorang tentara Israel terbukti bertanggung jawab atas penembakan yang mematikan itu, mereka tidak akan bersalah atas pembunuhan tersebut.

Informasi di atas juga harus dipasangkan fakta Kementerian Luar Negeri Israel dan berbagai tokoh politik mendistribusikan video pria bersenjata Palestina, setelah pembunuhan.

Mereka mengklaim orang Palestina bertanggung jawab atas kejahatan tersebut. Video yang dibagikan dengan cepat dibantah oleh B'Tselem.

Mereka membuktikan melalui penyelidikan di lapangan bahwa orang-orang bersenjata Palestina yang ditampilkan dalam video tidak mungkin melepaskan tembakan mematikan.

Perdana Menteri Israel saat itu Naftali Bennett mengklaim kemungkinan besar orang Palestina justru yang bertanggung jawab.

Sesudah kejadian, Israel berusaha melecehkan keluarga Abu Akleh saat upacara pemakaman. Polisi secara kasar menyerang para pengusung jenazah di pemakaman jurnalis yang terbunuh di Yerusalem itu.

Lebih buruk lagi, polisi Israel memalsukan rekaman dari lokasi serangan mereka, untuk membuatnya tampak seolah-olah orang Palestina telah melemparkan benda ke polisi, sebelum serangan terhadap pelayat.

USSC belum memberikan kejelasan tentang bagaimana mereka bisa menarik kesimpulan itu.

Investigasi dari PBB, berbagai kelompok hak asasi manusia, CNN, Washington Post, New York Times, dan lain-lain, semuanya menunjukkan kesalahan Israel, tetapi tidak ada yang dapat menentukan maksud pasti dari tentara Israel yang menembak Abu Akleh.

Pernyataan AS tidak ada bukti yang menunjukkan serangan itu disengaja bertentangan dengan beberapa saksi mata yang mengatakan itu.

Jika penyelidikan AS mengandalkan klaim tentara Israel terlibat dalam baku tembak dengan militan Palestina (juga bertentangan dengan penyelidikan yang disebutkan di atas), maka kesimpulan mereka dipertanyakan.

Di atas segalanya, penilaian niat USSC kini telah memberi Israel alasan yang nyaman untuk menempatkan kasus pembunuhan warga negara AS itu di bawah karpet.

Menurut Robert Inlakesh, sebenarnya sekali lagi AS berpihak pada Israel disbanding kehidupan rakyatnya sendiri.(Tribunnews.com/RT/xna)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Terkait

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas