Demonstran Sri Lanka Duduki Kediaman Presiden, Nikmati Fasilitas Mewah hingga Bersumpah Takkan Pergi
Ribuan pengunjuk rasa yang menduduki kediaman Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa menikmati fasilitas mewah hingga bersumpah tidak akan pergi.
Penulis: Rica Agustina
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
Kekacauan politik dapat memperumit upaya untuk menarik Sri Lanka keluar dari krisis ekonomi terburuknya dalam tujuh dekade.
Adapun krisis di negara itu dipicu oleh kekurangan mata uang asing yang telah menghentikan impor kebutuhan pokok seperti bahan bakar, makanan dan obat-obatan.
Baca juga: Polisi Selidiki Pembakaran Kediaman Pribadi Perdana Menteri Sri Lanka
Krisis keuangan berkembang setelah pandemi Covid-19 menghantam ekonomi yang bergantung pada pariwisata dan memangkas pengiriman uang dari pekerja luar negeri.
Hal ini telah diperparah oleh utang pemerintah yang besar dan terus bertambah, kenaikan harga minyak dan larangan tujuh bulan untuk mengimpor pupuk kimia tahun lalu yang menghancurkan pertanian.
Bahan bakar sangat dijatah dan antrean panjang terbentuk di depan toko-toko yang menjual gas untuk memasak.
Pemerintah telah meminta masyarakat untuk bekerja dari rumah dan menutup sekolah dalam upaya menghemat bahan bakar.
Inflasi utama di negara berpenduduk 22 juta itu mencapai 54,6 persen bulan lalu, dan bank sentral telah memperingatkan bahwa itu bisa meningkat menjadi 70 persen dalam beberapa bulan mendatang.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken mengatakan pemerintah mana pun yang berkuasa harus bekerja cepat untuk mencoba mengidentifikasi dan menerapkan solusi yang akan mengembalikan prospek stabilitas ekonomi jangka panjang, mengatasi ketidakpuasan rakyat Sri Lanka, yang begitu kuat dan gamblang.
"Kami akan mendesak parlemen Sri Lanka untuk melakukan pendekatan ini dengan komitmen untuk kemajuan negara, bukan salah satu partai politik," katanya pada konferensi pers di Bangkok.
India, tetangga raksasa Sri Lanka yang telah memberikan dukungan sekitar US$3,8 miliar selama krisis, mengatakan sedang mengamati peristiwa dengan cermat.
Dana Moneter Internasional (IMF), yang telah melakukan pembicaraan dengan pemerintah untuk kemungkinan dana talangan US$3 miliar, juga mengatakan sedang memantau peristiwa dengan cermat.
"Kami berharap resolusi situasi saat ini yang akan memungkinkan dimulainya kembali dialog kami tentang program yang didukung IMF," kata pemberi pinjaman global itu dalam sebuah pernyataan.
Baca juga: Kediaman Presiden Sri Lanka Diserbu Pengunjuk Rasa, Ada yang Memasak Kari di Dapur hingga Berenang
Gotabaya Rajapaksa Mundur
Gotabaya Rajapaksa, yang tidak terlihat di depan umum sejak Jumat, belum secara langsung mengatakan apa pun tentang pengunduran dirinya.