Akui Kemerdekaan Donbas, Korea Utara Bisa Kirim Pekerja untuk Membantu Pembangunan
Dubes Rusia untuk Pyongyang mengungkap Korea Utara dapat mengirim pekerjanya untuk membantu rekonstruksi wilayah Donbas di Ukraina timur usai perang.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Korea Utara disebut dapat mengirimkan pekerja pembangunan untuk membantu rekonstruksi di wilayah Donbas, Ukraina timur.
Diungkapkan Duta Besar Rusia untuk Korea Utara, Alexander Matsegora, pembangunan dilakukan setelah wilayah Donbas yang dikuasai separatis pro-Kremlin itu hancur karena perang.
"Sangat berkualitas, pekerja keras, dan siap bekerja dalam kondisi yang paling sulit, pembangun Korea akan menjadi aset dalam tugas serius memulihkan fasilitas sosial, infrastruktur dan industri (di Donbas) yang dihancurkan oleh Ukronazis yang mundur," kata Matsegora, pada Selasa (19/7/2022), lapor The Moscow Times.
Pyongyang telah menyatakan pengakuannya atas Republik Rakyat Donetsk dan Luhansk.
Ini membuat Korut menjadi negara ketiga, setelah Rusia dan Suriah, yang mengakui wilayah Ukraina yang memisahkan diri tersebut.
Diketahui wilayah Luhansk dan Donetsk di Ukraina timur secara kolektif disebut Donbas.
Baca juga: Menlu Ukraina: Kiev Siap Bicara Dengan Rusia Hanya Jika Kalah di Medan Perang
Baca juga: Rusia Sebut Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy Dikelilingi Banyak Pengkhianat
Menanggapi ini, Kyiv memutuskan hubungan diplomatik dengan Korea Utara dan menuduh Pyongyang merusak kedaulatan dan integritas Ukraina, lapor Guardian.
Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba, menilai dukungan Korut menunjukkan bahwa Moskow tidak memiliki sekutu kecuali negara-negara yang bergantung padanya secara finansial dan politik.
Sebelumnya, Ukraina juga telah menangguhkan kontak politik dan ekonomi dengan Korea Utara sebagai bagian dari sanksi PBB untuk menekan Pyongyang terkait program rudal nuklir dan balistiknya.
Namun pengakuan dari Korut dipuji oleh Pemimpin Republik Rakyat Donetsk, Denis Pushilin.
Ia menyebutnya sebagai "kemenangan diplomasi" dan menyatakan harapan untuk "kerja sama yang aktif dan bermanfaat" dengan mitranya di Asia.
Menurut Matsegora, Korea Utara dan dua republik separatis memiliki "prospek yang luas untuk kerja sama bilateral" dan diharapkan dapat menjalin hubungan perdagangan yang saling menguntungkan.
Pyongyang, kata dubes ini, mengaku sangat tertarik untuk meningkatkan peralatan manufaktur era Soviet yang awalnya dibuat di pabrik-pabrik di Ukraina timur.
"Mitra Korea kami sangat tertarik dengan suku cadang dan unit yang diproduksi di sana, dalam memperbarui basis produksi mereka," kata Matsegora.
Korea Utara juga diharapkan memasok mitra barunya dengan klinker magnesit sebagai imbalan atas pengiriman batu bara kokas dan gandum, menurut Matsegora.