Tak Cuma Donbas, Rusia akan Perluas Target Perang ke Wilayah Lain Ukraina
Sergey Lavrov mengungkapkan tujuan perang Rusia di Ukraina melampaui Donbas di timur dan akan terus berkembang jika AS pasok senjata canggih ke Kyiv.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Tujuan perang Rusia di Ukraina kini melampaui wilayah Donbas (Luhansk dan Donetsk) di timur ke selatan Ukraina.
Misi baru invasi Rusia di Ukraina ini diungkapkan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov.
Kepada media pemerintah, Sergey Lavrov menjelaskan soal perubahan geografi tujuan perang di Ukraina.
"Bukan hanya DPR (Republik Rakyat Donetsk) dan LPR (Republik Rakyat Luhansk), tetapi juga Wilayah Kherson, wilayah Zaporizhzhia dan sejumlah wilayah lainnya, dan proses ini terus berlanjut, terus berlanjut dan terus-menerus," kata Lavrov dalam wawancaranya dengan RIA Novosti, yang rilis pada Rabu (20/7/2022).
Dilansir CNN, pernyataan Lavrov menandai adanya pembaruan strategi Kremlin terhadap perang di Ukraina.
Tiga bulan lalu, Presiden Vladimir Putin mengalihkan fokus serangan ke timur setelah pasukannya gagal merebut ibu kota Kyiv.
Baca juga: Amerika Siap Kirim Empat HIMARS Tambahan ke Ukraina
Baca juga: Uni Eropa Berlomba Pangkas Gas Rusia di Tengah Berkurangnya Pasokan
Awal Juli ini, Putin mendeklarasikan kemenangan di Luhansk setelah berhasil merebut kota terakhir di provinsi tersebut.
Namun serangan lanjutan di wilayah tetangganya, Donetsk, berhasil diantisipasi pasukan Ukraina.
Jika Donetsk jatuh, Moskow secara otomatis akan menyerbu seluruh wilayah Donbas yang telah dikuasai faksi-faksi separatis.
Dalam wawacara itu, Menlu Lavrov menegaskan tujuan Moskow akan berkembang lebih jauh jika Barat terus memasok senjata canggih, seperti HIMARS, kepada Kyiv.
Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba, mengecam pernyataan Lavrov.
Alih-alih menyelesaikan konflik, menurut Kuleba, Rusia hanya tertarik pada pertumpahan darah.
"Dengan mengakui mimpi untuk merebut lebih banyak tanah Ukraina, Menlu Rusia (Sergey Lavrov) membuktikan bahwa Rusia menolak diplomasi dan berfokus pada perang dan teror. Rusia menginginkan darah, bukan pembicaraan," kata Kuleba, lapor Reuters.
Gedung Putih, pada Selasa (19/7/2022), mengatakan melihat tanda-tanda Rusia bersiap mencaplok wilayah Ukraina yang sudah direbut.