Produksi Jet Tempur Melimpah, Militer Cina Genjot Pelatihan Pilot
Militer Cina meningkatkan secara drastis pelatihan pilot tempur seiring produksi jet tempur yang melimpah di negara itu sejak 2021.
Penulis: Setya Krisna Sumarga
Laporan ini muncul di video yang dirilis akun Weibo resmi Angkatan Laut PLA pada Jumat lalu.
“Dari taruna pilot yang baru direkrut, 41,5 persen memenuhi syarat untuk belajar menerbangkan jet tempur berbasis kapal induk,” kata Chu Hanqiang.
“Ini cukup untuk memenuhi permintaan pelatihan personel jet tempur berbasis kapal induk,” lanjut kepala perekrutan pilot Angkatan Laut PLA.
Para kadet penerbang kapal lainnya diharapkan untuk belajar menerbangkan jenis pesawat lain termasuk pesawat peringatan dini berbasis kapal induk, pesawat angkut atau helikopter berbasis kapal.
Mereka mencatat dengan peluncuran kapal induk ketiga China, Fujian, yang juga merupakan kapal induk pertama negara itu yang dilengkapi dengan ketapel elektromagnetik, Angkatan Laut PLA tidak hanya membutuhkan lebih banyak pilot, tetapi juga pilot untuk lebih banyak jenis pesawat.
Kemajuan terbaru dalam perekrutan pilot baru dan program pelatihan oleh Angkatan Udara PLA dan Angkatan Penerbangan Angkatan Laut datang pada saat Cina melihat peningkatan kapasitas produksi pesawat tempur pada 2021.
Produsen utama pesawat tempur PLA, memecahkan rekor produksi jet tempur J-10, J-15, J-16, dan jet siluman generasi empat J-20.
Shenyang Aircraft Corporation membangun jet tempur berbasis kapal induk J-15 dan jet tempur multiperan J-16.
Sementara Chengdu Aircraft Industrial Group Co Ltd memproduksi yang jet tempur siluman J-20 dan jet tempur J-10.
Kemampuan tempur dihasilkan melalui kombinasi operator, senjata dan peralatan. Jadi hanya memiliki satu kemampuan saja tidak cukup.
Menurut pengamat militer yang enggan diebutkan namanya, pelatihan personel, pengembangan senjata dan peralatan harus dilakukan bersama-sama.
Peringatan Keras Jenderal AS
Kepala Staf Gabungan AS, Jenderal Mark Milley memberi peringatan atas agresifnya militer Cina di kawasan Asia Pasifik.
“Pesannya adalah, militer Cina, di udara dan di laut, telah menjadi jauh lebih agresif dan terasa lebih agresif di wilayah khusus ini,” kata Mark Milley selama kunjungan ke Jakarta, Minggu (24/7/2022).