Eks Tentara Prancis Adrien Bocquet : “Bucha Massacre” Operasi Palsu Ukraina
Mantan tentara Prancis Adrien Boucqet yang jadi relawan di Ukraina bersaksi peristiwa Bucha adalah operasi bendera palsu Ukraina untuk jatuhkan Rusia.
Penulis: Setya Krisna Sumarga
Ia juga mengaku melihat para petempur Ukraina menyiapkan panggung untuk membingkai pembantaian sipil Bucha lewat operasi bendera palsu.
Menurut Bocquet, penyiksaan dan pembunuhan tawanan perang Rusia terjadi di sebuah hanggar di bagian utara Bucha pada awal April.
Saat itu militer Ukraina menguasai kembali kota tersebut yang semula diduduki pasukan Rusia sebelum mundur.
“Ketika saya berbicara tentang pembunuhan dan penyiksaan, saya berbicara tentang pembunuhan dan penyiksaan terhadap militer Rusia,” katanya.
“Tentara (Rusia) adalah yang pertama dieksekusi. Saya mendengar teriakan ketika petempur Azov bertanya siapa petugas itu. Begitu mereka mendapat jawaban, mereka langsung menembak orang itu di kepala,” beber Bocquet.
“Yang terburuk adalah saya tidak melihat sikap manusia, tidak ada emosi, karena saya melihat orang dieksekusi, orang disiksa, orang dibunuh, tertembak di anggota badan, kepala,” lanjut Bocquet.
Bocquet mengaku ia sering berinteraksi dengan Angkatan Bersenjata Ukraina dan pejuang Azov selama di Ukraina.
Ia terkejut saat menyaksikan perlakuan tidak manusiawi mereka terhadap orang Rusia, Yahudi, dan orang-orang dari ras lain.
“Saya harus banyak berpura-pura untuk menghindari menunjukkan pendapat dan emosi saya dan di atas semua itu untuk tidak menunjukkan ketidaksetujuan dengan pendapat mereka,” katanya.
Ketidaksetujuan dengan ideologi Nazi mereka, terutama ketika mereka menyatakan sikap terhadap orang Yahudi dan orang kulit berwarna, karena mereka membuat pernyataan yang sangat kejam.
“Pertama-tama, saya berbicara tentang kebencian terhadap orang Rusia, karena mereka memanggilnya “Anjing Rusia,” ujar Bocquet.
Para petempur Batalyon Azov, menurutnya selalu mendapat tugas menyiksa dan membunuh apa yang mereka sebut “Anjing Rusia”.
Sebagai mantan tentara, Bocquet mengaku terkejut. Karena semuanya menunjukkan tujuan utama mereka adalah menyiksa dan membunuh.
“Sementara mereka bahkan tidak pernah berbicara tentang pembebasan populasi mereka,” kenang relawan itu.