Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Eks Tentara Prancis Adrien Bocquet : “Bucha Massacre” Operasi Palsu Ukraina

Mantan tentara Prancis Adrien Boucqet yang jadi relawan di Ukraina bersaksi peristiwa Bucha adalah operasi bendera palsu Ukraina untuk jatuhkan Rusia.

Penulis: Setya Krisna Sumarga
zoom-in Eks Tentara Prancis Adrien Bocquet : “Bucha Massacre” Operasi Palsu Ukraina
AFP/RONALDO SCHEMIDT
Seorang pria berjalan dengan tas makanan yang diberikan untuk tentara Ukrania di Bucha, barat laut Kyiv, pada 2 April 2022, di mana walikota mengatakan 280 orang telah dikuburkan di kuburan massal dan kota itu dipenuhi dengan mayat. - Ukraina telah mendapatkan kembali kendali atas "seluruh wilayah Kyiv" setelah invasi pasukan Rusia mundur dari beberapa kota penting dekat ibukota Ukraina, kata wakil menteri pertahanan hari ini. (Photo by RONALDO SCHEMIDT / AFP) 

Ia juga mengaku melihat para petempur Ukraina menyiapkan panggung untuk membingkai pembantaian sipil Bucha lewat operasi bendera palsu.

Menurut Bocquet, penyiksaan dan pembunuhan tawanan perang Rusia terjadi di sebuah hanggar di bagian utara Bucha pada awal April.

Saat itu militer Ukraina menguasai kembali kota tersebut yang semula diduduki pasukan Rusia sebelum mundur.

“Ketika saya berbicara tentang pembunuhan dan penyiksaan, saya berbicara tentang pembunuhan dan penyiksaan terhadap militer Rusia,” katanya.

“Tentara (Rusia) adalah yang pertama dieksekusi. Saya mendengar teriakan ketika petempur Azov bertanya siapa petugas itu. Begitu mereka mendapat jawaban, mereka langsung menembak orang itu di kepala,” beber Bocquet.

“Yang terburuk adalah saya tidak melihat sikap manusia, tidak ada emosi, karena saya melihat orang dieksekusi, orang disiksa, orang dibunuh, tertembak di anggota badan, kepala,” lanjut Bocquet.

Bocquet mengaku ia sering berinteraksi dengan Angkatan Bersenjata Ukraina dan pejuang Azov selama di Ukraina.

Berita Rekomendasi

Ia terkejut saat menyaksikan perlakuan tidak manusiawi mereka terhadap orang Rusia, Yahudi, dan orang-orang dari ras lain.

“Saya harus banyak berpura-pura untuk menghindari menunjukkan pendapat dan emosi saya dan di atas semua itu untuk tidak menunjukkan ketidaksetujuan dengan pendapat mereka,” katanya.

Ketidaksetujuan dengan ideologi Nazi mereka, terutama ketika mereka menyatakan sikap terhadap orang Yahudi dan orang kulit berwarna, karena mereka membuat pernyataan yang sangat kejam.

“Pertama-tama, saya berbicara tentang kebencian terhadap orang Rusia, karena mereka memanggilnya “Anjing Rusia,” ujar Bocquet.   

Para petempur Batalyon Azov, menurutnya selalu mendapat tugas menyiksa dan membunuh apa yang mereka sebut “Anjing Rusia”.

Sebagai mantan tentara, Bocquet mengaku terkejut. Karena semuanya menunjukkan tujuan utama mereka adalah menyiksa dan membunuh.

“Sementara mereka bahkan tidak pernah berbicara tentang pembebasan populasi mereka,” kenang relawan itu.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas