Malaysia Tetap Berlakukan Larangan Ekspor Ayam Meskipun Pasokan Berlimpah
Sejak awal tahun, Malaysia telah dilanda kekurangan pasokan ayam karena faktor cuaca ekstrem, kekurangan tenaga kerja, dan biaya pakan yang mahal.
Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, KUALA LUMPUR – Pemerintah Malaysia akan melanjutkan pembatasan ekspor ayam dan menghentikan pemberian subsidi kepada peternak.
Menteri Pertanian dan Industri Pangan Malaysia, Ronald Kiandee mengumumkan bahwa pemerintah Negeri Jiran akan mengakhiri subsidi untuk peternak ayam dan telur pada 31 Agustus.
Sebelumnya, pernyataan Kiandee telah disalahartikan yang berarti bahwa pemerintah sedang mempertimbangkan untuk mencabut larangan ekspor pada 31 Agustus, yang membuat kementerian mengeluarkan pernyataan pada malam hari untuk mengklarifikasi keputusannya.
Baca juga: Pasokan Ayam di Malaysia Tengah Surplus, Peternak Negeri Jiran Siap Dukung Pemulihan Pasar
“Larangan ekspor ini merupakan intervensi sementara untuk memastikan harga dan produksi ayam kembali stabil. Keputusan pencabutan pembatasan ekspor akan diputuskan oleh pemerintah berdasarkan kajian stok dan produksi di tingkat peternak,” kata Kiandee yang dikutip oleh Business Times, Jumat (5/8/2022).
Pengumuman itu datang 3 hari setelah Kiandee mengatakan tingkat produksi ayam Malaysia telah mencapai 106 persen, dan ada kapasitas untuk melanjutkan ekspor ayam ke luar negeri.
Pemerintah Malaysia akan terus memantau dan melibatkan pemangku kepentingan industri, termasuk peternak unggas, untuk memastikan pasokan pada tingkat yang optimal dan stabil.
Beberapa waktu lalu, Pemerintah Malaysia telah menyetujui subsidi sebesar 34 juta dolar AS untuk peternak ayam dan telur demi meringankan beban keuangan mereka akibat melonjaknya biaya pakan dan hilangnya pendapatan ekspor.
Sementara itu, harga jual ayam broiler saat ini dibatasi sekitar 9,40 ringgit Malaysia per kg, mulai 1 Juli hingga 31 Agustus.
Baca juga: Indonesia Mulai Ekspor Ayam ke Singapura, Kloter Pertama Berisi 50 Ton Ayam Beku
Malaysia Sempat Mengalami Krisis Pasokan Ayam
Sejak awal tahun, Malaysia telah dilanda kekurangan pasokan ayam karena faktor cuaca ekstrem, kekurangan tenaga kerja, dan biaya pakan yang mahal.
Menanggapi kebutuhan lokal, pemerintah Malaysia kemudian melarang ekspor semua jenis ayam, termasuk produk berbahan dasar ayam mulai 1 Juni, dengan harapan dapat menstabilkan pasokan dan harga ayam lokal.
Pengumuman larangan ekspor tersebut mengejutkan eksportir Malaysia karena berita tersebut muncul kurang dari seminggu sebelum larangan tersebut diberlakukan. Sementara Malaysia secara rutin telah mengekspor sekitar 3,6 juta ayam setiap bulan ke Singapura.
Dua minggu setelah diberlakukannya larangan ekspor, pemerintah Malaysia melonggarkan sebagian larangan tersebut dengan mengizinkan ekspor ayam kampung dan ayam hitam, serta produk berbahan dasar ayam seperti nugget.
Baca juga: Singapura Berencana Impor Ayam dari Indonesia
Ketika dihubungi oleh The Business Times, sekretaris Asosiasi Peternak Unggas Johor, Lau Ka Leng mendesak pemerintah untuk mencabut larangan ekspor karena larangan yang berkepanjangan akan menyebabkan Malaysia kehilangan klien terbesarnya untuk ekspor ayam.
“Singapura masih merupakan pasar terbesar kami. Banyak dari kita yang takut kalah bersaing dengan negara lain yang kini mengekspor ayam ke Singapura,” ujarnya.
Selama periode larangan ekspor, Singapura telah beralih ke negara-negara tetangga seperti Indonesia dan Thailand untuk pasokan ayam beku dan dingin demi memastikan pasokan yang cukup.
Indonesia mulai mengirimkan ayam beku, dingin, dan olahan ke Singapura pada 13 Juli dengan pengiriman pertama sebanyak 50.000 kg ayam beku.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.