POPULER Internasional: Korea Utara Tawarkan Bantuan Tentara untuk Rusia | Latihan Militer China
Rangkuman berita populer Internasional, di antaranya Korea Utara yang menawarkan bantuan tentara untuk bantu Rusia menyerang Ukraina.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: bunga pradipta p
TRIBUNNEWS.COM - Rangkuman berita populer Tribunnews di kanal Internasional dapat disimak di sini.
Korea Utara dilaporkan menawarkan 100 ribu tentaranya kepada Rusia untuk melawan Ukraina.
Sementara itu, China didesak untuk menghentikan latihan militernya di sekitar Taiwan.
Di Albuquerque, New Mexico, empat pria muslim tewas tertembak. Penembakan diduga bermotif rasial.
Selengkapnya, berikut berita populer Internasional dalam 24 jam terakhir.
1. Korea Utara Disebut Tawarkan 100 Ribu Pasukan untuk Bantu Rusia Melawan Ukraina
Korea Utara disebut menawarkan 100.000 pasukan sukarelawan kepada Rusia untuk membantu berperang di Ukraina.
Hal ini diungkap pakar militer Rusia, Igor Korotchenko di jaringan media Channel One Russia, lapor New York Post.
Menurut laporan di surat kabar itu, Korotchenko memuji pengalaman perang kontra-baterai Korea Utara.
Dilansir SCMP, pertempuran kontra-baterai yang efektif semakin penting bagi militer Rusia menyusul keputusan Amerika Serikat (AS) untuk memberikan lusinan HIMARS ke Ukraina.
HIMARS (Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi), roket jarak jauh dan memiliki presisi tinggi itu telah membuat perbedaan besar pada upaya Ukraina melawan Rusia, jelas seorang pakar militer kepada Sinéad Baker dari Insider bulan lalu.
Korotchenko berpendapat bahwa Rusia harus menyambut pasukan Korea Utara dan keahlian kontra-baterai mereka.
"Jika Korea Utara menyatakan keinginan untuk memenuhi tugas internasionalnya untuk memerangi fasisme Ukraina, kita harus membiarkan mereka," katanya, menurut New York Post.
Militer Korea Utara adalah yang terbesar keempat di dunia.
Setidaknya ada hampir 1,3 juta personel yang aktif, menurut Dewan Hubungan Luar Negeri yang berbasis di New York.
Lebih dari 600.000 personel bertugas sebagai tentara cadangan
2. AS, Australia dan Jepang Kompak Desak China Hentikan Latihan Militer di Perairan Taiwan
Amerika Serikat, Australia dan Jepang kompak mendesak China untuk segera menghentikan latihan militer yang diluncurkan seusai kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taipei.
Dalam kunjungan selama kurang dari 24 jam ke Taiwan, Nancy Pelosi telah bertemu dengan Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen beserta pejabat Taiwan lainnya.
Nancy Pelosi mengatakan, AS akan terus meningkatkan solidaritasnya dengan negara demokratis seperti Taiwan.
Sebagai tanggapan atas kunjungan Pelosi ke Taiwan, China langsung menggelar latihan militer skala besar dan menembakkan belasan rudal balistik ke sekitar perairan Taiwan.
Di sela pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN ke-55 di Kamboja, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong, dan Menteri Luar Negeri Jepang Hayashi Yoshimasa menegaskan kembali komitmen mereka untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan.
Mereka juga mengutuk peluncuran rudal balistik China, yang lima di antaranya dilaporkan pemerintah Jepang telah mendarat di zona ekonomi eksklusifnya.
Sementara itu, negara-negara di Asia Tenggara pada hari Kamis (4/8/2022) menyerukan pengekangan maksimum dan mendesak komunitas global untuk menghindari tindakan yang dapat mengacaukan kawasan, yang pada akhirnya menyebabkan salah perhitungan, konfrontasi serius, konflik terbuka, dan konsekuensi tak terduga di antara kekuatan besar.
Dalam jumpa pers bersama dengan Menteri Luar Negeri Filipina Enrique Manalo, Blinken mengatakan bahwa menjaga perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan sangat penting, tidak hanya untuk Taiwan tetapi juga untuk Filipina dan banyak negara lainnya.
“Apa yang terjadi di Selat Taiwan mempengaruhi seluruh wilayah. Dalam banyak hal, itu mempengaruhi seluruh dunia karena selat itu seperti Laut Cina Selatan, yang merupakan jalur air yang strategis. Hampir setengah armada peti kemas global dan hampir 90 persen kapal terbesar di dunia, melewati Selat Taiwan tahun ini,” kata Blinken yang dikutip oleh Business Standard, Senin (8/8/2022).
3. Ukraina Sebut Rusia Gagal Buat Kemajuan di Donetsk, Staf Umum: Mereka Menderita Kerugian
Ukraina mengatakan pasukan Rusia gagal membuat kemajuan apa pun di Donetsk.
Rusia telah melancarkan pertempuran ofensif di beberapa daerah tetapi menderita kerugian, kata Staf umum militer Ukraina.
Orang-orang Ukraina masih mempertahankan desa-desa dalam jarak beberapa kilometer dari perbatasan Donetsk-Luhansk.
Mereka juga telah mengalahkan serangan Rusia di dekat Verkhnokamyanske.
Staf umum militer menambahkan penembakan berat terus berlanjut ke utara Sloviansk, sebuah front yang sebagian besar statis selama dua bulan, serta di pemukiman di sekitar Bakhmut, di mana Rusia juga menggunakan pesawat serang.
"Musuh terus melakukan pengintaian, tanpa menyisakan personel. Kelompok pengintai musuh terdeteksi dan dinetralkan di area pemukiman Bakhmutske, Bakhmut dan Yakovlivka," kata Staf umum sebagaimana dikutip CNN.
"Musuh mencoba melakukan serangan ke selatan Bakhmut, tetapi tidak berhasil dan mundur," tambahnya.
Pasukan Rusia juga mencoba untuk mendapatkan tanah di sebelah barat bandara di kota Donetsk tetapi telah mundur.
Lebih jauh ke selatan, kata Staf umum, banyak pemukiman di Zaporizhzhia mendapat serangan dari artileri dan serangan udara.
Di wilayah Dnipropetrovsk, Valentyn Reznichenko, kepala administrasi militer, mengatakan roket Rusia telah menghantam distrik Nikopol dan Kryvyi Rih.
4. Empat Pria Muslim di Albuquerque Tewas Dibunuh, Joe Biden Murka: Tak Ada Tempat untuk Penjahat
Kepolisian Albuquerque, New Mexico, Amerika Serikat sedang menyelidiki kasus pembunuhan empat pria muslim yang meregang nyawa karena penembakan fatal.
Menyusul insiden ini, Presiden AS Joe Biden mengecam penembakan yang diduga kejahatan rasial tersebut.
Dalam pesannya di Twitter, Biden mengaku murka dan sedih atas pembunuhan tersebut.
"Saya marah dan sedih dengan pembunuhan mengerikan empat pria Muslim di Albuquerque," kata Biden di Twitter, Minggu (7/8/2022).
"Sementara kami menunggu penyelidikan penuh, doa saya bersama keluarga korban, dan pemerintahan saya mendukung komunitas Muslim. Serangan kebencian ini tidak memiliki tempat di Amerika," imbuhnya.
Al Jazeera melaporkan, polisi di Albuquerque pada Sabtu lalu mengatakan sedang menyelidiki pembunuhan terhadap tiga pria Muslim yang diduga terkait dengan pembunuhan seorang pria Muslim tahun lalu.
Menurut pernyataan polisi, korban keempat ditemukan pada Jumat malam waktu setempat.
Jasad korban ditemukan di dekat kantor Layanan Keluarga Lutheran, lapor stasiun TV KOB4.
Polisi tidak menjelaskan identitas pria tersebut, namun dikatakan korban berusia 20 tahunan, beragama Islam, dan berasal dari Asia Selatan.
"Penyelidik percaya pembunuhan hari Jumat mungkin terkait dengan tiga pembunuhan baru-baru ini terhadap pria Muslim juga dari Asia Selatan," kata polisi.
(Tribunnews.com)