Usai Kabur ke Singapura, Kini Mantan Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa Terbang ke Thailand
Saat ini, Rajapaksa memegang paspor diplomatik yang memungkinkan dia masuk ke Thailand tanpa visa selama 90 hari.
Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, BANGKOK – Kementerian Luar Negeri Thailand pada hari Rabu (10/8) menyampaikan mantan Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa akan mengunjungi Thailand untuk sementara, setelah izin tinggal di negara Singapura habis.
“Thailand telah menerima permintaan dari pemerintah Sri Lanka saat ini agar Rajapaksa dapat masuk ke Bangkok.” kata Tanee Sangrat, juru bicara kementerian luar negeri Thailand.
Saat ini, Rajapaksa memegang paspor diplomatik, yang memungkinkan dia masuk ke Thailand tanpa visa selama 90 hari.
Baca juga: Mantan Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa Dijadwalkan Jalani Sidang Atas Petisi Krisis Ekonomi
“Penginapan bersifat sementara dengan tujuan perjalanan selanjutnya. Tidak ada suaka politik yang dicari,” kata Tanee.
Dia juga menambahkan, kementerian tidak memiliki informasi tentang tanggal kedatangan Rajapaksa.
“Yang penting ini tidak menimbulkan masalah bagi Thailand,” ujar Don Pramudwinai, Menteri Luar Negeri Thailand saat menanggapi pertanyaan apakah kehadiran Rajapaksa dapat menimbulkan ketegangan dengan pemerintah Sri Lanka.
“Pemerintah Sri Lanka mendukung kunjungan tersebut,” tambah Don.
Singapura Perpanjang Masa Tinggal Rajapaksa
Sebelumnya, Rajapaksa telah melarikan diri ke Singapura melalui Maladewa tak lama setelah pengunjuk rasa yang marah menyerbu kediaman resminya di Kolombo. Dia secara resmi mengundurkan diri sebagai Presiden Sri Lanka setelah tiba di Singapura pada 14 Juli.
Pada akhir Juli lalu, pemerintah Singapura telah memperpanjang masa tinggal Rajapaksa selama 14 hari hingga 11 Agustus 2022.
Saat itu, pemerintah Singapura menyebut Rajapaksa belum diberikan suaka, dan berada di Singapura hanya untuk kunjungan pribadi.
Krisis ekonomi Sri Lanka
Sri Lanka, negara yang berpenduduk sekitar 22 juta jiwa telah mengalami krisis ekonomi terburuk dalam beberapa bulan terakhir.
Mengutip dari Aljazeera, Sri Lanka dihadapkan pada kekurangan bahan bakar, makanan dan obat-obatan. Krisis itu semakin diperparah oleh pinjaman dalam jumlah besar yang tidak mampu dibayarkan oleh negara itu.
Baca juga: Rajapaksa akan ke Thailand, Kemlu Tekankan Mantan Presiden Sri Lanka Hanya Tinggal Sementara
Akibat krisis itu, Sri Lanka memilih untuk menangguhkan pembayaran pinjaman luar negerinya senilai 51 miliar dolar AS, di mana 28 miliar dolar AS harus dibayar pada tahun 2027.