Dihujani Sanksi Barat, Pihak Rusia Klaim PDB Hanya Susut 4,2 Persen Jauh dari Perkiraan 7,8 Persen
Dana Moneter Internasional (IMF) menyebut ekonomi Rusia mampu bertahan dari sanksi Barat karena melonjaknya harga energi.
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW - Kementerian Ekonomi Rusia mengungkapkan ekonomi negaranya tidak mengalami kontraksi seperti yang diperkirakan tiga bulan lalu, meski dihujani sanksi pihak Barat terhadap Moskow.
Ekonomi Rusia sebelumnya jatuh ke dalam resesi setelah Moskow mengirim pasukannya ke Ukraina pada 24 Februari lalu.
Invasi tersebut memicu pihak Barat menjatuhkan sanksi pada sektor energi dan keuangan Rusia, termasuk membekukan aset Rusia dan memaksa perusahaan-perusahaan Barat menghentikan operasinya di Moskow.
Baca juga: Perang di Ukraina Buat Ekonomi Rusia Mengalami Kontraksi pada Kuartal Kedua Tahun Ini
Namun, hampir enam bulan sejak Moskow melancarkan serangan ke Ukraina, penurunan ekonomi terbukti tidak terlalu parah dari yang diperkirakan pada pertengahan Mei lalu.
Produk Domestik Bruto (PDB) Rusia menyusut 4,2 persen tahun ini, lebih rendah dari perkiraan bulan Mei lalu yaitu 7,8 persen. Sementara pendapatan riil yang dapat dibelanjakan turun 2,8 persen, jauh lebih rendah dari yang diprediksi sebelumnya 6,8 persen.
Tapi Kementerian Ekonomi Rusia tetap memperingatkan ekonomi dapat menyusut lebih dari 12 persen. Sehingga, ini akan menjadi penurunan paling signifikan sejak jatuhnya Uni Soviet pada pertengahan tahun 1990-an.
Kementerian Ekonomi memproyeksikan inflasi di Rusia pada akhir 2022 akan mencapai 13,4 persen, turun dari perkiraan sebelumnya yaitu 17,5 persen. Sementara tingkat pengangguran mencapai 4,8 persen, lebih rendah dari prediksi sebelumnya 6,7 persen.
Perkiraan PDB untuk 2023 lebih pesimistis dengan kontraksi mencapai 2,7 persen, dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya sebesar 0,7 persen.
Hal ini sejalan dengan pandangan dari bank sentral yang menyebut pelemahan ekonomi Rusia akan berlanjut lebih lama dari yang diperkirakan sebelumnya.
Kementerian ekonomi Rusia juga mengabaikan perkiraan untuk harga minyak, ekspor utama Moskow, dalam kumpulan data Agustus.
Sebelumnya Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan ekonomi Rusia mampu bertahan dari sanksi Barat yang diterimanya, karena melonjaknya harga energi.
Harga minyak mentah pada awal tahun ini berada di bawah 80 dolar AS per barel, melonjak mencapai 129 dolar AS per barel pada bulan Maret, sebelum merosot ke level 105 dolar AS per barel. Harga gas juga mengalami kenaikan dan mendekati rekor baru.