Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Demonstran di Haiti Tuntut Perdana Menteri Ariel Henry Mundur Saat Krisis Keamanan dan BBM

Warga Haiti juga telah berjuang untuk mendapatkan bahan bakar, yang membuat beberapa orang tidak dapat bekerja.

Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Demonstran di Haiti Tuntut Perdana Menteri Ariel Henry Mundur Saat Krisis Keamanan dan BBM
AFP
Ilustrasi: Warga Haiti yang memprotes harga tinggi dan kekurangan bahan bakar membakar ban di jalan Port-au-Prince pada 13 Juli 2022. Harga yang melonjak, kekurangan makanan dan bahan bakar, serta kekerasan geng yang merajalela mempercepat penurunan brutal dalam situasi keamanan di ibu kota Haiti, Port au Prince, dan mengancam bantuan kemanusiaan yang diandalkan oleh populasi yang semakin putus asa. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo

TRIBUNNEWS.COM, PORT AU PRINCE – Ribuan pengunjuk rasa di Haiti turun ke jalan pada hari Senin (22/8) untuk menuntut pengunduran diri Perdana Menteri Ariel Henry atas krisis keamanan dan pasokan bahan bakar minyak (BBM) yang melanda negara itu.

"Kami tidak tahu harus berbuat apa," kata Lionel Jean-Pierre, seorang demonstran.

Saat itu, para pengunjuk rasa lainnya juga meneriakkan "Jika Ariel tidak pergi, kami akan mati!"

Dilansir dari Aljazeera, Selasa (23/8/2022), tindak kekerasan dan penculikan telah meningkat di Haiti dalam beberapa bulan terakhir, di saat negara itu tengah terhuyung-huyung akibat ketidakstabilan politik, yang juga diperburuk oleh pembunuhan Presiden Jovenel Moise pada Juli 2021.

Baca juga: Perang antargeng di ibu kota Haiti, masyarakat terkepung aksi kekerasan dari segala penjuru

“Bulan lalu, ribuan orang terjebak di daerah miskin di sekitar ibu kota tanpa mendapat akses makanan dan air,” kata kelompok hak asasi Doctors Without Borders, seraya menambahkan bahwa kelompok-kelompok bersenjata bersaing untuk mendapatkan kendali.

Dalam beberapa pekan terakhir, warga Haiti juga telah berjuang untuk mendapatkan bahan bakar, yang membuat beberapa orang tidak dapat bekerja.

Berita Rekomendasi

Stok gas negara itu juga menipis karena importir bahan bakar berjuang untuk mendapatkan subsidi demi menjaga harga bensin tetap terjangkau di Haiti.

Kemiskinan juga semakin dalam, dengan inflasi mencapai 29 persen dan harga beberapa barang kebutuhan pokok seperti beras mengalami kenaikan lebih dari empat kali lipat.

Bensin juga tetap langka dan jika tersedia harganya 15 dolar AS per galon atau sekitar 0,264 dolar AS per liter.

“Saya perlu bahan bakar untuk bekerja,” kata Garry Larose, seorang pengemudi ojek.

“Saya punya keluarga yang harus diberi makan, sekolah yang harus dibayar,” imbuhnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas