Amerika Serikat Catat Peningkatan Global Terbesar dalam Kasus Monkeypox
WDH menyampaikan bahwa perwakilan kesehatan masyarakat negara bagian pun telah memantau kontak individu yang terinfeksi.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Malvyandie Haryadi
Pada 22 Agustus, ada 15.433 kasus yang dilaporkan di AS.
Kasus paling umum terjadi di negara bagian New York, di mana ada sekitar 3.000 kasus yang dilaporkan.
Sebelumnya, AS mendokumentasikan kasus pertama wabah 2022 di Boston, Massachusetts pada 19 Mei lalu.
Lalu pada 4 Agustus 2022, Departemen Layanan Kemanusiaan dan Kesehatan AS secara resmi menyatakan Monkeypox sebagai darurat kesehatan masyarakat.
Pemerintahan Presiden AS Joe Biden pun mendapatkan kecaman karena responsnya yang lambat terhadap wabah tersebut.
Kendati demikian, saat ini pemerintah AS berencana mengendalikan penyakit itu dengan memberikan vaksin JYNNEOS.
Pada 9 Agustus 2022, Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) AS mengeluarkan izin penggunaan darurat untuk suntikan dua kali Modified Vaccinia Ankara (MVA) yang diproduksi oleh Bavarian Nordic.
Upaya tersebut bertumpu pada strategi baru dan belum teruji untuk membagi dosis penuh demi meregangkan persediaan vaksin yang terbatas di negara itu.
Strategi injeksi baru adalah untuk memungkinkan injeksi dangkal, intradermal, antara lapisan kulit, dengan seperlima ukuran dosis standar bukan subkutan ke dalam lapisan lemak di bawah kulit, dengan dosis yang lebih besar.
Di sisi lain, muncul pula rencana untuk mempercepat produksi vaksin Monkeypox.
Monkeypox adalah penyakit zoonosis yang berasal dari hewan seperti hewan pengerat dan primata yang endemik di daerah terpencil seperti Afrika tengah dan barat.
Menurut WHO, lebih dari 35.000 kasus Monkeypox telah dilaporkan di seluruh dunia di 90 negara dan wilayah.
Organisasi itu menganggap Monkeypox sebagai risiko kesehatan global sedang, kemudian menyatakan wabah itu sebagai darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional pada Juli 2022.
AS, Spanyol, Brazil, Jerman, Inggris, Prancis, Kanada, Belanda, Peru, dan Portugal diyakini menjadi 10 negara yang paling parah terkena dampak virus ini.