Bom Bunuh Diri di Kedutaan Rusia di Kabul Tewaskan 8 Orang, Termasuk 2 Staf Rusia
Delapan orang tewas akibat ledakan bom bunuh diri di kedutaan Rusia di Kabul, Afghanistan. Korban tewas termasuk dua pegawai kedutaan Rusia.
Penulis: Yurika Nendri Novianingsih
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Sedikitnya delapan orang tewas setelah seorang pembom bunuh diri meledakkan bahan peledak di kedutaan Rusia di Kabul, Afghanistan.
Ledakan terjadi di dekat pintu masuk kedutaan Rusia.
Korban tewas termasuk dua pegawai kedutaan Rusia, kata kementerian luar negeri Rusia pada hari Senin (5/9/2022), menurut sebuah laporan oleh kantor berita milik negara RIA Novosti.
Namun, kementerian tidak memberikan perincian tentang siapa anggota staf itu atau kronologinya.
Sebelumnya, RIA Novosti mengutip sumber anonim, mengatakan 15-20 orang tewas atau terluka akibat ledakan yang terjadi ketika seorang diplomat Rusia keluar ke orang-orang yang menunggu di luar untuk memanggil nama-nama calon visa.
Polisi mengatakan penyerang ditembak mati oleh penjaga bersenjata saat dia mendekati gerbang kedutaan.
Baca juga: Bom Meledak di Kota Herat Afghanistan Barat saat Warga Salat Jumat, Tewaskan Ulama Pro-Taliban
"Penyerang bunuh diri, sebelum mencapai target, dikenali dan ditembak oleh penjaga kedutaan Rusia (Taliban)," kata Mawlawi Sabir, kepala polisi distrik, dilansir Al Jazeera.
Belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas ledakan tersebut.
Ledakan bom bunuh diri itu merupakan serangan terbaru yang menyerang Afghanistan beberapa hari setelah menandai satu tahun kekuasaan Taliban.
Sebelumnya, terjadi ledakan dahsyat terjadi di sekitar gedung kedutaan di daerah Darul Aman di barat daya Kabul, kata organisasi berita lokal Khaama Press.
Penduduk setempat mengatakan sejumlah besar orang hadir di tempat ketika bom meledak.
Baca juga: Ledakan di Masjid Kabul Afghanistan saat Salat Magrib Tewaskan 21 Orang dan Lukai 33 Orang
Rusia adalah salah satu dari sedikit negara yang mempertahankan kedutaan di Kabul setelah Taliban mengambil alih negara itu lebih dari setahun yang lalu.
Meskipun Rusia tidak secara resmi mengakui pemerintah Taliban, mereka telah melakukan pembicaraan dengan para pejabat mengenai kesepakatan pasokan bensin dan komoditas lainnya.
Dalam beberapa hari terakhir, kelompok ISIL (ISIS) telah menargetkan warga sipil serta seminari keagamaan dan masjid di Kabul dan bagian lain negara itu.
(Tribunnews.com/Yurika)