Bom Mobil Kembali Tewaskan Pejabat Pro Rusia, Artyom Bardin Hangus Bersama Kendaraannya
Sebuah serangan terhadap mobil di Ukraina bagian selatan menewaskan seorang pejabat wilayah dari pihak yang diakui Rusia.
Editor: Hendra Gunawan

TRIBUNNEWS.COM – Sebuah serangan terhadap mobil di Ukraina bagian selatan menewaskan seorang pejabat wilayah dari pihak yang diakui Rusia.
Korban adalah Artyom Bardin, kepala administrasi militer-sipil yang dikendalikan Rusia di kota Berdyansk.
Berdin tewas setelah mobil yang dinaikinya meledak dan diduga dilakukann oleh penyusup dari Ukraina.
Kota Berdyansk direbut oleh pasukan Rusia di awal konflik yang sedang berlangsung antara Moskow dan Kiev dan tetap berada di bawah kendali Rusia sejak saat itu.
Sebuah ledakan kuat menghantam mobil Bardin saat diparkir di dekat kantor administrasi setempat. Tiga kendaraan sipil lainnya rusak dalam ledakan itu, media Rusia melaporkan.
Baca juga: Putin Hadiri Latihan Militer Vostok 2022 dengan Pasukan China dan Negara-negara Sekutu Rusia
Foto-foto yang beredar di media sosial menunjukkan mobil pejabat itu hangus terbakar.
Siapa di balik serangan itu masih belum jelas. Pihak berwenang setempat sebelumnya mengatakan bahwa mereka masih mencari unit sabotase dan pengintaian Ukraina.
Bardin dilaporkan satu-satunya orang yang terluka dalam ledakan itu. Pria itu dirawat di rumah sakit dalam kondisi serius dan kematiannya kemudian dikonfirmasi oleh pemerintah setempat.
“Menurut informasi kami, dia meninggal karena luka-lukanya,” kata Vladimir Rogov, anggota administrasi Wilayah Zaporozhye, kepada wartawan.
Rogov juga mengatakan bahwa pihak berwenang setempat menganggap insiden itu sebagai serangan teroris yang dilakukan oleh “teroris rezim Zelensky,” merujuk pada Presiden Ukraina Vladimir Zelensky.
Bom Mobil Sebelumnya
Ini bukan kasus pertama di wilayah Ukraina selatan yang dikuasai Rusia. Pada akhir Agustus, wakil komandan polisi lalu lintas lokal di Berdyansk, Alexander Kolesnikov, tewas dalam insiden serupa.
Baca juga: Rusia Terbukti Kebal Sanksi, Ekspor Energi Raup Untung 158 Miliar Dolar AS Selama Invasi
Wakil komandan polisi lalu lintas setempat, Alexander Kolesnikov, tewas dalam ledakan di kota Berdyansk, Ukraina selatan, Jumat.
Kota itu direbut oleh pasukan Rusia di awal konflik yang sedang berlangsung dan tetap berada di bawah kendali mereka sejak saat itu.
Ledakan itu terjadi di sebuah rumah liburan lokal, yang saat ini digunakan untuk menampung pengungsi dan pengungsi sementara, terutama dari Mariupol, kata walikota setempat, Alexander Saulenko.
Alat peledak, diisi dengan pecahan peluru yang sudah jadi, ditempelkan di pohon sekitar tiga meter di atas tanah, tambahnya.
Baca juga: Rusia Kecewa Berat Setelah Tahu Liz Truss yang Jadi Perdana Menteri Inggris
Kendaraan dinas Kolesnikov berada di zona ledakan, sementara pecahan peluru juga melempari taman bermain di dekatnya.
“Selama ledakan, secara ajaib, tidak ada seorang pun di taman bermain di mana anak-anak dapat bermain dan berada, tidak ada anak-anak yang terluka,” kata Saulenko, menyalahkan insiden tersebut pada pihak berwenang Ukraina.
“Ada jejak Ukraina dari rezim teroris Kiev, yang mencoba memerangi penduduk secara damai dengan cara seperti itu, yang menunjukkan bahwa mereka tidak memikirkan korban di antara anak-anak dan warga sipil,” kata walikota.
Baca juga: Hubungan Dengan Barat Putus, Rusia Pilih Berkawan Dengan Negara-negara Timur
Rusia mengirim pasukan ke Ukraina pada 24 Februari, mengutip kegagalan Kiev untuk mengimplementasikan perjanjian Minsk, yang dirancang untuk memberikan status khusus wilayah Donetsk dan Lugansk di dalam negara Ukraina.
Protokol, yang ditengahi oleh Jerman dan Prancis, pertama kali ditandatangani pada tahun 2014. Mantan presiden Ukraina Pyotr Poroshenko sejak itu mengakui bahwa tujuan utama Kiev adalah menggunakan gencatan senjata untuk mengulur waktu dan “menciptakan angkatan bersenjata yang kuat.”
Pada Februari 2022, Kremlin mengakui republik Donbass sebagai negara merdeka dan menuntut Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer Barat mana pun. Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan.