Meninggalnya Ratu Elizabeth II Jadi Momen Republikan Australia Serukan Referendum
Kaum republikan Australia menghidupkan kembali perdebatan lama tentang 'mengakhiri hubungan' dengan monarki Inggris.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Dewi Agustina

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, CANBERRA - Warga Australia pada Jumat lalu berduka atas kematian Ratu Elizabeth II, namun kaum republikan negara itu juga menghidupkan kembali perdebatan lama tentang 'mengakhiri hubungan' dengan monarki Inggris yang telah berusia 1.000 tahun itu.
Perlu diketahui, Raja Inggris merupakan kepala negara di Australia, di antara 14 negara persemakmuran lainnya, meskipun perannya sebagian besar bersifat seremonial.
Dikutip dari laman Reuters, Senin (12/9/2022), Australia telah lama memperdebatkan perlu atau tidaknya mempertahankan 'Raja yang jauh'.
Referendum 1999 di Australia yang diadakan untuk membuat negara itu menjadi Republik, ternyata kalah dengan 55 persen pemilih menentang rencana itu.
Baca juga: Istana Buckingham Secara Khusus Undang Biden dan Ibu Negara AS Hadiri Pemakaman Ratu Elizabeth II
"Pikiran kami bersama keluarganya (Ratu Elizabeth II) dan semua yang mencintainya. Namun sekarang Australia harus bergerak maju. Kami membutuhkan Perjanjian dengan orang-orang First Nations, dan kami perlu menjadi Republik," cuit Pemimpin Partai Hijau Australia sekaligus seorang Republikan terkemuka, Adam Bandt dalam akun Twitter miliknya.
Bandt kemudian disebut tidak sopan dengan mengangkat masalah ini hanya beberapa jam setelah kematian sang Ratu.
Bahkan beberapa rekan Republikan-nya pun mencibir sikapnya itu.
"Bukan waktu yang tepat untuk menyerukan Republik, terlepas dari di mana anda duduk di spektrum monarki atau republik. Anda tidak menghormati (sang Ratu) setelah masa pengabdiannya yang panjang," kata salah satu follower Bandt menanggapi cuitan tersebut.
Gerakan Republik Australia juga menyampaikan belasungkawa sambil mencatat bahwa mendiang Ratu Elizabeth II telah mendukung hak Australia untuk menjadi negara yang sepenuhnya merdeka selama referendum 1999.
Para Republikan ini mengatakan sang Ratu telah menegaskan bahwa itu adalah 'masalah bagi rakyat Australia dan mereka sendiri yang harus memutuskan'.
Perdana Menteri (PM) Australia Anthony Albanese telah berbicara untuk mendukung gerakan menuju republik.
Namun pada Jumat lalu ia menegaskan agar fokus saat ini harus menunjukkan sikap hormat untuk mendiang Ratu.
Baca juga: Makna Bendera Royal Standard of Scotland yang Membalut Peti Mati Ratu Elizabeth II
"Hari ini adalah hari untuk satu masalah dan satu masalah saja, yaitu untuk memberi penghormatan kepada Ratu Elizabeth II," kata Albanese.
Perdebatan serupa pun terjadi di Karibia, di mana Jamaika telah mengisyaratkan akan segera mengikuti Barbados dalam meninggalkan 'pemerintahan kerajaan'.
Saat ini, Raja Charles III mulai memimpin Inggris dan negara persemakmuran untuk menggantikan mendiang ibunya, Ratu Elizabeth II.