Pasukan Rusia Paksa Tanggalkan Pakaian Para Tahanan Ukraina sebelum Siksa dan Lecehkan Mereka
Cerita seorang sukarelawan medis soal penyiksaan pasukan Rusia terhadap para tahanan Ukraina; memaksa menanggalkan pakaian mereka sebelum disiksa.
Penulis: Rica Agustina
Editor: Miftah
TRIBUNNEWS.COM - Seorang sukarelawan medis bernama Yuliia Paievska menceritakan bagaimana pasukan Rusia menyiksa para tahanan Ukraina, AP News melaporkan.
Paievska yang ditawan selama tiga bulan oleh pasukan Rusia di kota pelabuhan Mariupol yang terkepung di Ukraina, menceritakan penyiksaan itu di hadapan anggota parlemen Amerika Serikat (AS) dengan Komisi Keamanan dan Kerjasama di Eropa, lebih dikenal sebagai Komisi Helsinki, Kamis (15/9/2022).
Yuliia Paievska dari Ukraina ditangkap oleh pasukan pro-Rusia pada Maret dan ditahan di lokasi yang berpindah-pindah di wilayah sekutu Rusia di wilayah Donetsk Ukraina.
Laporannya pada hari Kamis adalah yang paling rinci secara terbuka tentang perlakuannya di penangkaran, dalam apa yang dikatakan oleh Ukraina dan kelompok hak asasi internasional adalah penahanan yang meluas baik terhadap non-kombatan Ukraina dan pejuang oleh pasukan Rusia.
Dikenal oleh orang Ukraina dengan julukan Taira, Paievska dan perawatannya terhadap Mariupol mendapat perhatian global setelah rekaman bodycamnya diberikan kepada The Associated Press.
"Apakah kamu tahu mengapa kami melakukan ini padamu?," seorang Rusia bertanya kepada Paievska saat dia menyiksanya, dia menceritakan kepada komisi.
Baca juga: Geram Putin Tak Diundang ke Pemakaman Ratu Elizabeth II, Rusia Sebut Inggris Tidak Bermoral
Dia memberi tahu jawabannya kepada pasukan Rusia: "Karena Anda bisa."
Kemudian, Paievska mendeskripsikan penderitaan para tahanan Ukraina.
Seorang anak laki-laki berusia 7 tahun meninggal di pangkuannya karena dia tidak memiliki peralatan medis yang dia butuhkan untuk merawat anak teresebut, katanya.
Sesi penyiksaan biasanya dimulai dengan para penculiknya memaksa para tahanan Ukraina untuk menanggalkan pakaian mereka, sebelum orang-orang Rusia melakukan pertumpahan darah dan menyiksa para tahanan, katanya.
"Beberapa tahanan di sel berteriak selama berminggu-minggu, dan kemudian meninggal karena penyiksaan tanpa bantuan medis,” kata Paievska.
"Kemudian dalam siksaan neraka ini, satu-satunya hal yang mereka rasakan sebelum kematian adalah pelecehan dan pemukulan tambahan."
Selanjutnya, Paievska menceritakan jumlah korban di antara orang-orang Ukraina yang dipenjara.
"Temanku yang matanya aku pejamkan sebelum tubuhnya mendingin. Teman lain. Dan satu lagi," katanya.