Rusia Kerahkan 300.000 Pasukan Cadangan ke Ukraina
Setelah Vladimir Putin memerintahkan mobilisasi militer pertamanya, kini Rusia mengatakan akan mengerahkan 300.000 pasukan cadangan ke Ukraina.
Penulis: Yurika Nendri Novianingsih
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
Dia menambahkan bahwa dia akan memberikan status hukum kepada "sukarelawan" yang bertempur di Donbas dan memerintahkan peningkatan dana untuk meningkatkan produksi senjata negara itu.
Sebagai informasi, mobilisasi adalah tindakan pengerahan dan penggunaan secara serentak sumber daya nasional serta sarana dan prasarana nasional yang telah dibina dan dipersiapkan sebagai komponen kekuatan pertahanan keamanan negara untuk digunakan secara tepat bagi penanggulangan setiap ancaman, baik dari luar maupun dari dalam negeri.
Putin juga mengatakan Barat telah melampaui semua batas dalam agresinya terhadap Rusia, menuduhnya terlibat dalam pemerasan nuklir.
Presiden menambahkan bahwa Rusia memiliki banyak senjata untuk membalas ancaman Barat dan mengatakan bahwa dia tidak menggertak.
Baca juga: NATO Anggap Referendum Bagian Ukraina Untuk Bergabung Dengan Rusia Sebagai Dagelan Vladimir Putin
Pertemuan para pemimpin dunia di Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York sebelumnya mengecam invasi Rusia ke Ukraina, ketika para pemimpin yang ditempatkan Moskow di daerah-daerah pendudukan di empat wilayah Ukraina mengumumkan rencana untuk mengadakan referendum untuk bergabung dengan Rusia dalam beberapa hari mendatang.
Dalam langkah yang tampaknya terkoordinasi, tokoh-tokoh pro-Rusia mengumumkan referendum untuk 23 September hingga 27 September di provinsi Luhansk, Donetsk, Kherson dan Zaporizhzhia, yang mewakili sekitar 15 persen wilayah Ukraina, atau area seukuran Hongaria.
Beberapa tokoh pro-Kremlin membingkai referendum untuk wilayah yang diduduki sebagai ultimatum kepada Barat untuk menerima keuntungan teritorial Rusia atau menghadapi perang habis-habisan dengan musuh bersenjata nuklir.
“Perambahan ke wilayah Rusia adalah kejahatan yang memungkinkan Anda untuk menggunakan semua kekuatan pertahanan diri,” kata Dmitry Medvedev, mantan presiden Rusia dan sekarang wakil ketua Dewan Keamanan Putin.
(Tribunnews.com/Yurika)