Petugas polisi menahan seseorang di Moskow pada 21 September 2022, menyusul seruan untuk memprotes mobilisasi parsial yang diumumkan oleh Presiden Vladimir Putin. - Presiden Vladimir Putin memanggil pasukan cadangan militer Rusia pada 21 September, mengatakan janjinya untuk menggunakan semua sarana militer di Ukraina "bukan gertakan", dan mengisyaratkan bahwa Moskow siap menggunakan senjata nuklir. Seruan mobilisasinya datang ketika wilayah Ukraina yang dikuasai Moskow bersiap untuk mengadakan referendum pencaplokan minggu ini, secara dramatis meningkatkan taruhan dalam konflik tujuh bulan dengan mengizinkan Moskow untuk menuduh Ukraina menyerang wilayah Rusia. (Photo by Alexander NEMENOV / AFP)
TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW - Unjuk rasa meluas di 24 kota Rusia usai pengumuman mobilisasi parsial warga sipil dalam pasukan militer cadangan untuk perang di Ukraina.
Kepolisian Rusia setidaknya sudah menangkap ratusan orang yang berkumpul untuk melakukan unjuk rasa. Di Moskow, polisi menangkap 50 demonstran.
Demonstran meneriakkan penolakan mobilisasi yang akan mengorbankan banyak kaum muda Rusia dalam perang di Ukraina. Polisi mengepung dan menangkapi satu per satu demonstran.
Presiden Rusia, Vladimir Putin, memerintahkan mobilisasi parsial pertama Rusia sejak Perang Dunia II. Putin memperingatkan akan menggunakan persenjataan nuklir menghadapi ancaman barat. Menteri Pertahanan Rusia, Sergey Shoigu, menyinggung pengerahan 300 ribu tentara cadangan ke Ukraina.
Secara keseluruhan, terdapat 25 juta tentara berada dalam pasukan cadangan militer Rusia. Mobilisasi tersebut dapat menarik pria dan wanita berusia 18 hingga 60 tahun.
Pengerahan tersebut memprioritaskan orang-orang dengan keterampilan khusus maupun pengalaman militer, seperti pengemudi tank, pencari ranjau, dan penembak jitu. Mereka akan menjalani pelatihan terlebih dahulu sebelum dikirim ke Ukraina.