Cuaca Buruk Bikin Stok Kimchi Terbatas dan Mahal, Produk China Kini Disambut di Korea Selatan
produksi kubis di Korea Selatan menyusut menjadi dua pertiga dari jumlah normalnya karena cuaca buruk
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, SEOUL - Kimchi yang diproduksi China atau disebut 'paocai' itu kini telah menjadi pendukung utama bagi Korea Selatan (Korsel) setelah cuaca buruk merusak tanaman kubis di negara itu.
Perlu diketahui, saat ini ekspor kimchi ke Korea Selatan telah mengalami peningkatan sejak awal 2022 karena permintaan yang melonjak.
"Volume ekspor rata-rata kimchi yang diproduksi China ke Korea Selatan adalah sekitar 10 kontainer standar seminggu," kata Li Qingxi, pemasok kubis di kota Renzhao, Pingdu, provinsi Shandong, China Timur.
Baca juga: Inflasi Makin Tinggi, Harga Kimchi di Korea Selatan pun Kian Melambung
Dikutip dari laman Global Times, Selasa (27/9/2022), kota ini dijuluki sebagai 'kota kimchi teratas' karena sekitar 80 persen kimchi yang diimpor Korsel dibuat di sana.
Li, yang menyediakan kubis untuk pabrik kimchi lokal, mencatat bahwa permintaan kimchi telah meningkat sepanjang tahun ini.
"Volume ekspor sepanjang tahun ini mengalami sedikit penurunan dari tahun lalu, karena pandemi dan biaya transportasi, namun saya memandang positif tentang masa depan," jelas Li.
The Washington Post melaporkan pada Jumat lalu bahwa produksi kubis di Korea Selatan menyusut menjadi dua pertiga dari jumlah normalnya karena cuaca buruk.
Bahkan harganya pun melonjak menjadi 7,81 dolar Amerika Serikat (AS) per kepala dari rata-rata tahunan sekitar 4,17 dolar AS.
Baca juga: Korsel Dilanda Kekurangan Kimchi, Makanan Nasionalnya
Produsen kimchi top Korsel, Daesang mengumumkan bahwa mereka akan menaikkan harga sebesar 10 persen mulai Oktober mendatang. karena kenaikan biaya.
Li pun menuturkan saat ini bukan merupakan waktu panen kubis terbaik untuk membuat kimchi dan pabrik kimchi lokal menggunakan kubis dari provinsi tetangga Hebei di China Utara, dengan harga sekitar 700 yuan atau setara 97,78 dolar AS per ton.