Pilih Gabung Rusia, Wilayah Zaporizhia Umumkan Pemisahan Diri dari Ukraina Secara de-Facto
Hasil referendum, pejabat pro-Rusia di wilayah Zaporizhia mengumumkan secara de facto memisahkan diri dari Ukraina.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
Ketua majelis tinggi parlemen Rusia mengatakan akan mempertimbangkan aneksasi pada 4 Oktober.
"Hasilnya jelas. Selamat datang di rumah, ke Rusia!" kata Dmitry Medvedev, mantan presiden yang menjabat sebagai wakil ketua Dewan Keamanan Rusia dan sekutu Presiden Vladimir Putin, di Telegram.
Di dalam wilayah pendudukan, pejabat yang ditempatkan Rusia mengambil kotak suara dari rumah ke rumah dalam apa yang dikatakan Ukraina dan Barat sebagai latihan pemaksaan yang tidak sah untuk menciptakan dalih hukum bagi Rusia untuk mencaplok empat wilayah.
"Lelucon di wilayah pendudukan ini bahkan tidak bisa disebut tiruan dari referendum," kata Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky dalam pidato video Selasa malam.
Sementara itu, AS akan mengumumkan resolusi di Dewan Keamanan PBB untuk tidak mengakui perubahan apa pun di Ukraina dan mewajibkan Rusia untuk menarik pasukannya, kata perwakilan AS, Linda Thomas-Greenfield.
"Referensi palsu Rusia, jika diterima, akan membuka kotak pandora yang tidak bisa kita tutup," katanya pada pertemuan dewan.
Rusia memang memiliki kemampuan untuk memveto resolusi di Dewan Keamanan, tetapi Thomas-Greenfield mengatakan hal itu akan mendorong AS untuk membawa masalah tersebut ke Majelis Umum PBB.
Jika Rusia mencaplok empat wilayah Ukraina, Putin akan menganggap upaya untuk merebut kembali sebagai serangan terhadap kedaulatan Rusia.
Pekan lalu, Putin memperingatkan bahwa ia siap menggunakan senjata nuklir untuk mempertahankan integritas teritorial Rusia.
Baca juga: Rusia Klaim Menang dalam Referendum Ukraina, Zelensky: Tidak Ada yang Perlu Dibicarakan
Baca juga: Pipa Gas Rusia Bocor, Negara-negara Eropa Menduga Ada Sabotase hingga Serangan
Tetapi Mykhailo Podolyak, penasihat Presiden Zelensky, mengatakan kepada Reuters bahwa Kyiv tidak akan terpengaruh oleh ancaman nuklir atau pencaplokan wilayah oleh Moskow.
Ukraina, jelas Podolyak, akan melanjutkan rencana untuk merebut kembali semua wilayah yang diduduki oleh pasukan Rusia.
Dia mengatakan warga Ukraina yang membantu menyelenggarakan referendum akan menghadapi tuduhan pengkhianatan dengan ancaman hukuman lima tahun penjara.
Warga Ukraina yang dipaksa memilih tidak akan dihukum.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)