12 Tragedi Kerusuhan Sepakbola di Dunia, Terbaru Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang
Meski cuma dihadiri suporter pendukung kesebelasan Arema Malang namun jumlah korban begitu besar.
Editor: Hasanudin Aco
Pada Oktober 1982 di Uni Soviet, penonton sepakbola mati sia-sia hancur tergencet ketika mereka meninggalkan pertandingan Piala UEFA antara Spartak Moscow dan tim Belanda HFC Haarlem di Stadion Luzhniki di Moskow.
Pejabat dari bekas Uni Soviet tidak mengungkapkan tragedi itu selama bertahun-tahun. Ketika akhirnya mengungkap fakta, mereka memberikan angka kematian resmi 66, meskipun secara luas diyakini jumlah yang tewas dalam kecelakaan di satu pintu keluar bisa mencapai 340.
8. Kerusuhan di Afrika Selatan
Pada April 2001 di Afrika Selatan, sedikitnya 43 orang tewas terinjak-injak ketika para penggemar mencoba memaksa masuk ke stadion besar di Johannesburg Ellis Park di tengah pertandingan liga Afrika Selatan.
Sebelumnya pada Januari 1991 juga di Afrika Selatan, 42 orang tewas terinjak-injak selama pertandingan pra-musim di Stadion Oppenheimer di kota pertambangan Orkney antara Kaizer Chiefs dan Orlando Pirates.
9. Kerusuhan di Belgia
Di Belgia pada bulan Mei 1985, 39 penonton sepak bola meninggal dan lebih dari 600 terluka dalam kekerasan antar pendukung sebelum final Piala Eropa antara Juventus dan Liverpool di Stadion Heysel di Brussels.
10. Kerusuhan di Pantai Gading
Di Pantai Gading Afrika pada Maret 2009, sedikitnya 19 orang tewas dalam penyerbuan di stadion Felix Houphouet-Boigny Abidjan sebelum pertandingan kualifikasi Piala Dunia melawan Malawi.
11. Kerusuhan di Prancis
Di Prancis bulan Mei 1992, sebuah tribun di Stadion Furiani Bastia runtuh sebelum semifinal Piala Prancis melawan Marseille, menewaskan 18 orang dan melukai lebih dari 2.300 orang.
12. Kerusuhan di Kamerun
Di Kamerun bulan Januari 2022, sedikitnya 8 orang tewas dan 38 lainnya cedera akibat terinjak-injak di Stadion Yaounde Olembe di Kamerun sebelum pertandingan babak 16 besar Piala Afrika melawan Komoro.
Sumber: Kompas TV/Australia AP/Canberra Times