Gazprom Bisa Sepenuhnya Hentikan Pasokan Gas ke Moldova, Perusahaan Singgung Pembatalan Kontrak
Perusahaan gas Rusia, Gazprom mengatakan pihaknya memiliki hak sepenuhnya untuk menghentikan pasokan gas ke Moldova.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Perusahaan gas Rusia mengatakan pihaknya memiliki hak sepenuhnya untuk menghentikan pasokan gas ke Moldova.
Peringatan itu dikeluarkan jika terjadi pelanggaran komitmen pembayaran pada 20 Oktober 2022 mendatang.
Dilansir TASS, Gazprom juga berhak membatalkan kontrak karena pelanggaran berat terhadap tenggat waktu penandatanganan perjanjian untuk menyelesaikan utang warisan Moldovagaz.
"Gazprom memiliki semua hak, termasuk hak untuk sepenuhnya menghentikan pasokan jika terjadi pelanggaran kewajiban pembayaran gas pada tanggal 20 Oktober 2022," terang Gazprom.
"Dan hak untuk membatalkan kontrak setiap saat karena pelanggaran berat terhadap jangka waktu untuk menyimpulkan perjanjian untuk penyelesaian utang warisan Moldovagaz," imbuh Gazprom.
Selanjutnya, setiap permintaan dari pihak Moldova untuk mengantisipasi perubahan dalam persyaratan kontrak akan diformalkan hanya sebagai tambahan yang sesuai untuk kontrak," kata Gazprom.
Baca juga: Pengiriman Gas Rusia ke Italia Lewat Austria Ditangguhkan, Gazprom Masih Cari Jalan Keluar
Moldovagaz berulang kali melanggar ketentuan kontrak sehubungan dengan tanggal jatuh tempo pembayaran gas pada tahun 2022.
Gazprom menambahkan, Moldovagaz juga berkali-kali mendekati Gazprom untuk pelunakan komitmen kontrak sehubungan dengan volume pasokan.
Holding Rusia selalu menunjukkan pemahaman tentang permintaan Moldova.
Pihak berwenang menegaskan fokusnya pada kerjasama jangka panjang dan saling menguntungkan, dan secara teratur memenuhi permintaan ini.
Gazprom memiliki kesempatan untuk memasok hanya 5,7 juta meter kubik gas per hari ke Moldova pada bulan Oktober.
China Sepakat Bayar Gas Rusia Pakai Mata Uang Rubel dan Yuan
Baca juga: Gazprom: China Sepakat Bayar Gas Rusia Pakai Mata Uang Rubel dan Yuan
Baru-baru ini, Rusia telah berupaya membangun hubungan ekonomi yang lebih erat dengan China dan negara-negara non-Barat lainnya.
Gazprom mengatakan telah menandatangani perjanjian dengan China untuk memulai pembayaran pasokan gas ke Tiongkok dalam Yuan dan Rubel, bukan Dolar Amerika Serikat (AS).
"Mekanisme pembayaran baru adalah solusi yang saling menguntungkan, tepat waktu, andal, dan praktis," kata CEO Gazprom Alexei Miller dalam sebuah pernyataan setelah pertemuan konferensi video dengan kepala grup minyak China CNPC, Dai Houliang.
Dikutip Al Jazeera, Miller menambahkan bahwa kesepakatan itu akan "menyederhanakan perhitungan" dan "menjadi contoh yang sangat baik bagi perusahaan lain".
Miller memberi tahu rekan China-nya tentang "status pekerjaan pada proyek pasokan gas melalui 'rute timur' - pipa gas 'Power of Siberia'" yang menghubungkan jaringan gas Rusia dan China, kata pernyataan Gazprom.
Gazprom tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang skema tersebut atau mengatakan kapan pembayaran akan beralih dari dolar ke rubel dan yuan.
Perubahan tersebut merupakan bagian dari dorongan untuk mengurangi ketergantungan Rusia pada dolar AS, euro dan mata uang keras lainnya, yang dipercepat oleh sanksi Barat dalam menanggapi perang di Ukraina.
Berita lain terkait dengan Konflik Rusia Vs Ukraina
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)