Insiden Sirup Obat Batuk Produksi India, Orang Tua di Gambia Tuntut Keadilan atas Kematian Anaknya
Insiden tersebut menyebabkan kematian sebanyak 66 anak-anak di Gambia, dan menjadi pukulan besar bagi citra India sebagai 'Apotek Dunia'
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, BANJUL - Awal pekan ini Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan peringatan global atas empat sirup obat batuk sehubungan dengan kematian anak-anak di Gambia.
Melansir dari BBC, produk-produk tersebut diproduksi oleh perusahaan India Maiden Pharmaceuticals yang gagal memberikan jaminan keamanannya seperti dikatakan WHO.
Dalam analisis laboratorium dari empat produk Maiden tersebut, WHO telah mengonfirmasi jumlah dietilen glikol dan etilen glikol yang 'tidak dapat diterima', yang dapat menjadi racun dan menyebabkan cedera ginjal akut.
Baca juga: Produk Obat Batuk Herbal Modern Asli Indonesia Masuk ke Pasar Amerika Serikat
Insiden tersebut menyebabkan kematian sebanyak 66 anak-anak di Gambia, dan menjadi pukulan besar bagi citra India sebagai 'Apotek Dunia', menurut laporan Reuters.
Pemerintah India dilaporkan sedang menyelidiki masalah tersebut. Sementara Maiden Pharmaceuticals belum menanggapi permintaan komentar dari BBC.
Kasus tersebut memancing banyak kemarahan di Gambia. Ada seruan yang berkembang agar Menteri Kesehatan Gambia Dr Ahmadou Lamin Samateh untuk mengundurkan diri.
"Enam puluh enam adalah angka yang sangat besar. Jadi kami membutuhkan keadilan, karena para korban adalah anak-anak yang tidak bersalah," kata seorang ibu yang kehilangan putranya yang baru berusia 20 bulan, Mariam Kuyateh.
Putra Kuyateh, Musa menjadi salah satu korban dari 66 anak di Gambia yang meninggal setelah diberi sirup obat batuk tersebut.
Baca juga: 66 Anak Kecil di Gambia Tewas Diduga karena Konsumsi Obat Batuk Produksi India
Wanita berusia 30 tahun, yang memiliki empat anak lainnya, menangis mengingat apa yang terjadi pada putranya.
Saat ditemui di rumahnya di pinggiran kota terbesar di Gambia, Serrekunda, Kuyateh menjelaskan Musa awalnya terkena flu. Setelah diperiksa oleh dokter, suaminya membeli obat sirup untuk mengobati flu yang diderita Musa.
"Ketika kami memberinya sirup, flunya berhenti, tetapi itu menyebabkan masalah lain. Anak saya tidak buang air kecil," ungkap Kuyateh.
Kuyateh kembali ke rumah sakit dan Musa dikirim untuk menjalani tes darah. Musa kemudian diberi perawatan lain, yang juga tidak berhasil.
Kemudian Musa dipasangkan kateter, dan tetap tidak buang air kecil. Akhirnya anak kecil itu menjalani operasi, namun tidak ada tanda-tanda kesembuhan.
"Dia tidak bisa melakukannya, dia mati," lanjut Kuyateh.