Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Insiden Sirup Obat Batuk Produksi India, Orang Tua di Gambia Tuntut Keadilan atas Kematian Anaknya

Insiden tersebut menyebabkan kematian sebanyak 66 anak-anak di Gambia, dan menjadi pukulan besar bagi citra India sebagai 'Apotek Dunia'

Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Muhammad Zulfikar
zoom-in Insiden Sirup Obat Batuk Produksi India, Orang Tua di Gambia Tuntut Keadilan atas Kematian Anaknya
drugfree.org
Ilustrasi obat batuk. Awal pekan ini Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan peringatan global atas empat sirup obat batuk sehubungan dengan kematian anak-anak di Gambia. 

Aisha yang baru berusia lima bulan adalah korban lainnya. Ibu Aisha, Mariam Sisawo, menyadari bayinya tidak buang air kecil pada keesokan hari setelah Aisha meminum obat batuk.

Pada kunjungan awal ke rumah sakit, wanita berusia 26 tahun itu diberitahu bahwa tidak ada yang salah dengan kandung kemih putrinya.

Aisha akhirnya dirujuk ke rumah sakit di ibu kota Gambia, Banjul, yang berjarak 36 kilometer dari rumahnya di kota Brikama.

Baca juga: Ramai di Twitter Remaja Kecanduan Obat Batuk, Dokter: Kecanduan Obat Berarti Keracunan

Namun setelah lima hari dirawat di rumah sakit, Aisha meninggal dunia.

"Putri saya mengalami kematian yang menyakitkan. Pada waktu tertentu ketika para dokter ingin memasang infus padanya, mereka tidak dapat melihat pembuluh darahnya. Saya dan dua wanita lain di bangsal yang sama, kami semua kehilangan anak-anak kami," ungkap Sisawo.

"Saya memiliki dua putra dan Aisha adalah satu-satunya anak perempuan. Suami saya sangat senang memiliki Aisha dan dia masih belum bisa menerima kematiannya," tambahnya.

Gambia saat ini tidak memiliki laboratorium yang mampu menguji apakah obat-obatan aman, dan karenanya harus dikirim ke luar negeri untuk diperiksa, kata direktur layanan kesehatan Gambia Mustapha Bittay.

Berita Rekomendasi

Pada Jumat (7/10/2022) lalu, Presiden Gambia Adama Barrow mengatakan negara itu berencana untuk membuka laboratorium untuk menguji keamanan obat-obatan yang beredar di Gambia.

Dalam pidatonya yang disiarkan televisi, Barrow mengarahkan kementerian kesehatan untuk meninjau undang-undang dan pedoman yang relevan untuk obat-obatan impor.

Sementar Sisawo percaya pemerintah Gambia seharusnya lebih waspada dalam mengawasi peredaran obat-obatan.

"Ini pelajaran bagi orang tua, tapi tanggung jawab yang lebih besar ada pada pemerintah. Sebelum obat masuk ke dalam negeri, harus diperiksa dengan benar apakah layak untuk dikonsumsi manusia atau tidak," katanya.

Isatou Cham juga kehilangan anaknya bernama Muhammad yang berusia dua tahun lima bulan.

Baca juga: 66 Anak Kecil di Gambia Tewas Diduga karena Konsumsi Obat Batuk Produksi India

Ayah Muhammad, Alieu Kijera menjelaskan apa yang terjadi pada anak laki-lakinya tersebut.

Kijera mengatakan Muhammad telah dibawa ke rumah sakit ketika dia mengalami demam dan tidak bisa buang air kecil. Namun para dokter yang merawat Muhammad mendiagnosis Muhammad terkena malaria dan kondisinya semakin parah.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas