Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

NATO Gelar Latihan Nuklir Pekan Depan di Tengah Meningkatnya Ketegangan dengan Rusia

Sebanyak 14 dari 30 negara anggota NATO akan bergabung dalam latihan yang telah direncanakan sebelum Rusia menginvasi Ukraina pada Februari lalu.

Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Seno Tri Sulistiyono
zoom-in NATO Gelar Latihan Nuklir Pekan Depan di Tengah Meningkatnya Ketegangan dengan Rusia
HO
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan latihan pencegahan nuklir rutin tahunan akan kembali digelar pada pekan depan. 

Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni

TRIBUNNEWS.COM, BRUSSEL - Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menyampaikan latihan pencegahan nuklir rutin tahunan akan kembali digelar pada pekan depan.

Latihan, yang dijuluki Steadfast Noon, diadakan ketika ketegangan dengan Rusia atas perang di Ukraina meningkat. Steadfast Noon biasanya digelar setiap tahun dan berlangsung sekitar seminggu.

Melansir dari Al Jazeera, sebanyak 14 dari 30 negara anggota NATO akan bergabung dalam latihan yang telah direncanakan sebelum Rusia menginvasi Ukraina pada bulan Februari lalu.

Latihan tersebut melibatkan jet tempur yang mampu membawa hulu ledak nuklir, namun tidak melibatkan bom secara langsung.

Baca juga: NATO akan Gelar Latihan Steadfast Noon Bersama 14 Negara Anggota: Kami Pantau Kekuatan Nuklir Rusia

Jet konvensional bersama dengan pesawat pengintai dan pengisian bahan bakar juga ikut ambil bagian dalam latihan tersebut.

Bagian utama dari latihan itu akan diadakan lebih dari 1.000 kilometer (625 mil) dari Rusia, kata seorang pejabat dari NATO.

“Itu akan mengirimkan sinyal yang sangat salah jika kita tiba-tiba sekarang membatalkan latihan rutin yang sudah lama direncanakan karena perang di Ukraina. Itu akan menjadi sinyal yang salah untuk dikirim,” kata Stoltenberg.

Berita Rekomendasi

NATO berusaha melakukan yang terbaik untuk mencegah eskalasi dan membela serta melindungi semua sekutunya, tambah Stoltenberg.

“Ketegasan NATO, perilaku yang dapat diprediksi, kekuatan militer kita, adalah cara terbaik untuk mencegah eskalasi. Jika sekarang kami menciptakan alasan untuk kesalahpahaman, kesalahan perhitungan di Moskow tentang kesediaan kami untuk melindungi dan membela semua sekutu, kami akan meningkatkan risiko eskalasi,” katanya.

Dengan mundurnya pasukan Rusia di bawah pukulan pasukan Ukraina yang dipersenjatai dengan senjata dari pihak Barat, Presiden Rusia Vladimir Putin telah meningkatkan taruhannya dalam beberapa pekan terakhir dengan mencaplok empat wilayah Ukraina dan menyatakan mobilisasi parsial untuk memperkuat garis depan yang runtuh.

Putin berulang kali mengisyaratkan dia akan menggunakan senjata nuklir untuk membela negaranya.

Pada Selasa (11/10/2022), Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan Rusia akan menggunakan senjata nuklir jika negara itu menghadapi kehancuran yang akan segera terjadi.

Lavrov menuduh pihak Barat mendorong spekulasi palsu mengenai niat Kremlin.

NATO sebagai sebuah organisasi tidak memiliki senjata apapun. Senjata nuklir yang terkait dengan NATO tetap berada di bawah kendali tegas tiga negara anggota aliansi tersebut yaitu Amerika Serikat, Inggris dan Prancis. Kelompok Perencanaan Nuklir rahasia NATO akan mengadakan pertemuan pada Kamis (13/10/2022) besok.

Stoltenberg sendiri menggambarkan pernyataan Putin dalam penggunaan senjata nuklir sebagai tindakan yang "berbahaya dan sembrono", dan menggarisbawahi bahwa sekutu "juga telah menyampaikan dengan jelas kepada Rusia bahwa itu akan memiliki konsekuensi yang parah jika mereka menggunakan senjata nuklir dengan cara apa pun".

"Kami sedang memantau kekuatan nuklir Rusia. Kami belum melihat perubahan apa pun dalam sikap Rusia, tetapi kami tetap waspada,” ungkap Stoltenberg.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas