Inflasi Sri Lanka pada September 2022 Sentuh Level Tertinggi, Mencapai 73,7 Persen
Bank sentral Sri Lanka dinyakini tidak mungkin menaikkan suku bunga karena inflasi yang masih tergolong tinggi.
Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, KOLOMBO – Indeks Harga Konsumen Nasional (NCPI) Sri Lanka pada September naik ke level tertinggi sebesar 73,7 persen, meningkat dari 70,2 persen pada Agustus 2022.
Dikutip dari Aljazeera, Minggu (23/10/2022) inflasi harga makanan tahunan meningkat menjadi 85,8 persen dari 84,6 persen pada Agustus, sementara harga barang-barang non-makanan naik 62,8 persen.
Gubernur Bank Sentral Sri Lanka, Nandalal Weerasinghe memperkirakan bahwa inflasi di negara itu telah mencapai puncaknya pada September dan kenaikan harga kemungkinan akan mulai mereda di bulan ini.
Baca juga: Inflasi Sri Lanka Diprediksi Capai 70 Persen dalam Dua Bulan ke Depan
Sementara itu, para analis mengatakan bank sentral Sri Lanka tidak mungkin menaikkan suku bunga karena inflasi yang masih tergolong tinggi.
“Kenaikan tarif untuk listrik dan air yang diterapkan pada Agustus telah meluas hingga September seiring dengan kenaikan pajak untuk telekomunikasi,” kata Dimantha Mathew, kepala penelitian untuk perusahaan investasi First Capital yang berbasis di Kolombo.
"Namun, bank sentral tidak mungkin menaikkan suku bunga karena ekonomi sedang bergejolak dan kami memperkirakan laju inflasi akan melambat mulai Oktober,” imbuhnya.
Di samping itu, Presiden Sri Lanka Ranil Wickremesinghe berencana meningkatkan pajak langsung untuk mengurangi defisit dalam anggaran 2023 dan berusaha menempatkan ekonomi pada pijakan yang lebih stabil.
Beberapa waktu lalu, Sri Lanka telah dinyatakan bangkrut akibat salah urus ekonomi yang diperparah oleh pandemi Covid-19.
Pada bulan September, negara tersebut telah mencapai kesepakatan awal dengan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk pinjaman sekitar 2,9 miliar dolar AS.