Kekasih Ungkap Detik-detik Pekerja Wanita Tewas Tergiling Mixer Saus, Impian Punya Toko Roti Kandas
B mengungkap detik-deti kekasihnya tewas tergiling mesin mixer saus di pabrik SPL untuk Paris Baguette milik SPC Group.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, SEOUL - Keluarga dan kekasih pekerja wanita berusia 23 tahun yang tewas tergiling mesin mixer saus di pabrik SPL untuk Paris Baguette milik SPC Group, kini sedang berduka.
Mereka merasa sedih karena impian orang terkasih mereka untuk memiliki toko roti sendiri harus kandas.
Sebuah minuman kaleng dan beberapa permen karet warna-warni tampak diletakkan di depan potret seorang wanita muda.
Makanan ringan merupakan satu-satunya benda yang memberi warna di kamar mayat 'yang tampak gelap dan kelabu' itu.
Potret tersebut menunjukkan mendiang K yang meninggal di lantai pabrik adonan roti milik SPC Group pada Sabtu, 15 Oktober lalu.
Kekasih K, yakni B yang berusia 25 tahun meletakkan camilan tersebut di depan foto mendiang kekasihnya.
"Ini adalah favoritnya," kata kekasih K.
Baca juga: Karyawannya Tewas Tergilas Mixer Saus, 5 Afiliasi SPC Group Monopoli 83 Persen Pasar Roti Korea
Dikutip dari laman www.hani.co.kr, Sabtu (29/10/2022), rumah duka tempat keluarga K berkumpul pada Senin pagi, 17 Oktober lalu itu pun tampak kosong.
Hanya beberapa orang, termasuk ibu K, kerabat dekat, dan kekasihnya yang berada di sana.
"Karena hari kerja 52 jam, kami harus pulang kerja lebih awal seminggu sekali, jadi saat hari kecelakaan, saya berangkat kerja duluan. Biasanya kami berangkat bersama pukul 08.00 pagi," jelas kekasih K.
Perlu diketahui, K dan B bekerja di pabrik yang sama.
Baca juga: Presiden Korsel Perintahkan Penyelidikan Kematian Pekerja yang Tergiling Mixer Saus di Pabrik Roti
Pada hari kecelakaan, mereka bekerja shift 12 jam mulai dari pukul 20.00 malam pada hari sebelumnya.
Biasanya, mereka akan menghabiskan waktu bersama.
Namun, pada 15 Oktober lalu, tepatnya pukul 05.00 pagi, B meninggalkan pabrik lebih awal karena alasan manajemen jam kerja.
Lalu sang kekasih, yakni mendiang K tersangkut dan masuk ke dalam mesin mixer yang mencampur saus sandwich pada pukul 06.20, setelah bekerja selama 10 jam.
"Jika ada setidaknya satu orang yang berada di sebelahnya, jika seseorang telah menekan tombol darurat, tapi tidak ada yang menekannya dan mesin tidak berhenti," kata kekasih K.
Baca juga: Toko Roti Paris Baguette Diboikot, Buntut Pekerja Wanita 23 Tahun Tewas Tersangkut Mesin Mixer
Kata-kata singkat yang K dan B saling sampaikan saat B meninggalkan pekerjaan lebih awal akhirnya menjadi perpisahan terakhir pasangan itu.
Begitu pula dengan mimpi K yang ingin membuka toko rotinya sendiri suatu hari nanti.
"Ia selalu suka membuat roti dan sudah melakukannya sejak SMA. Ia ingin membuka toko roti sendiri nanti," papar kekasih K.
Sebelumnya, mendiang K mengambil jurusan 'pastry making' di sekolah menengah dan segera dipekerjakan sebagai pembuat roti di toko Paris Baguette setelah lulus.
Ia kemudian beralih pekerjaan untuk bekerja di SPL, sebuah pabrik adonan yang memasok bahan-bahan ke Paris Baguette, dua tahun sembilan bulan lalu.
Setelah beberapa bulan bekerja, almarhum dilaporkan mulai bekerja shift malam di pabrik itu.
Itu adalah pekerjaan berat yang membutuhkan tenaga yang kuat karena harus mengangkat tas seberat puluhan kilogram.
Namun mendiang K disebut lebih rajin dalam melakukan pekerjaannya dibandingkan siapapun.
Mirisnya, impiannya untuk mengasah keterampilan dan membuka toko rotinya sendiri suatu hari nanti terhenti di mesin dingin di pabrik pembuatan adonan.
"Ia adalah seorang gadis biasa berusia 20-an tahun yang suka memakai make-up dan bekerja keras di malam hari untuk mendapatkan uang demi membeli rumah," kata kerabat K.
Kerabatnya menjelaskan bahwa meskipun mendiang K membantu keuangan keluarganya, ia bukan satu-satunya pencari nafkah bagi seluruh keluarga.
"Cerita yang menyimpang tentang almarhum adalah luka yang lebih lebar bagi anggota keluarga yang ditinggalkan," kata anggota keluarga lainnya.
Keluarga mendiang K awalnya menolak autopsi.
Namun kini mereka meminta dilakukannya autopsi agar arwah K tenang.
Anggota keluarga mendiang K hingga kini masih tidak mengerti mengapa kecelakaan seperti itu harus menimpa orang tersayang mereka, yang selama ini telah bekerja sangat keras.
Dua hari setelah kematian K, rumah duka tampak dipenuhi dengan karangan bunga, termasuk dari Menteri Ketenagakerjaan Lee Jung-sik.
Saat ini investigasi pun tengah berlangsung setelah Lee meminta pengusutan terhadap penyebab insiden ini.