Kesaksian WNI Saat Tragedi Itaewon, Sempat Tergencet dan Beruntung Bisa Selamat
Patricia sempat mengikuti perayaan malam Halloween di kawasan Itaewon dan merekam situasi dan kondisi sebelum peristiwa memilukan terjadi
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ratusan orang tewas saat festival Halloween di Itaewon, Seoul, Korea Selatan. Hingga berita ini diturunkan korban tewas yang dilaporkan sudah mencapai 153 orang.
Salah seorang WNI yang berada di Seoul bernama Patricia Febriola sempat menceritakan detik-detik mencekam tragedi perayaan Halloween tersebut.
Mahasiswa asal Indonesia yang sedang menempuh pendidikan di Seoul tersebut mengatakan dirinya sempat berada di Itaewon.
Ketika peristiwa terjadi dirinya melihat kondisi sangat chaos.
"Chaos banget merinding banget ada di situasi seperti ini," ujar Patricia saat dikonfirmasi Tribun via akun Instagramnya, Minggu (30/10/2022).
Baca juga: Korban Tewas Tragedi Halloween Itaewon Korea Selatan Dapat Bertambah karena 20 Orang Kini Kritis
Patricia sempat mengikuti perayaan malam Halloween di kawasan Itaewon itu.
Ia sempat merekam situasi dan kondisi sebelum peristiwa memilukan terjadi.
Dalam rekaman tersebut terlihat banyak orang yang duduk-duduk dan berfoto-foto ria di trotoar dan pinggiran toko serta kafe menggunakan kostum Halloween masing-masing.
"Coba tebak aku pakai kostum apa di Halloween ini," tulis Patricia dalam video Instagram storiesnya.
Beruntung saat kejadian terjadi ia bisa lolos dari maut karena lokasi rumah berada di dekat kawasan Itaewon.
"Puji Tuhan banget lokasi rumahku tidak jauh dari Itaewon jadi aku bisa langsung balik jalan kaki," ujarnya.
Patricia bersama teman-temannya sempat berada di Hollys Coffee, lokasi kerumunan terjadinya tragedi maut perayaan Halloween.
Saat itu katanya dirinya sempat tergencet beruntung ia bisa menyelamatkan diri.
"Aku bahkan sudah enggak sampai sentuh jalanan," ujarnya.
Ia juga mengisahkan banyak kafe dan klub masih menyetel musik dengan volume sangat kencang dan berdentum.
Para pemilik tidak mengetahui kejadian di luar.
"Jadi waktu kejadian banyak klub dan kafe menyetel musik dengan suara kencang di dalam.
Mereka tidak mengetahui kejadian di luar," ujarnya. (Willy Widianto)