Korban Tewas Akibat Badai Nalgae di Filipina Meningkat Menjadi 110 Orang
Sekitar 2,4 juta orang terkena dampak badai Nalgae, termasuk 866.000 orang terpaksa mengungsi dari rumah mereka
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, MANILA - Pemerintah Filipina mengumumkan 110 orang tewas akibat banjir dan tanah longsor yang dipicu oleh badai Nalgae, yang membuat ratusan ribu penduduk negara itu mengungsi.
Sekitar 2,4 juta orang terkena dampak badai Nalgae, termasuk 866.000 orang terpaksa mengungsi dari rumah mereka, kata Dewan Manajemen dan Pengurangan Risiko Bencana Nasional Filipina hari ini, Selasa (1/11/2022).
Dikutip dari Bloomberg, kerugian pertanian akibat badai itu diperkirakan mencapai 1,3 miliar peso atau sekitar 22,4 juta dolar AS, sedangkan kerusakan infrastruktur diperkirakan mencapai 760 juta peso.
Baca juga: 45 Orang Tewas dalam Badai Tropis Nalgae Filipina, Maguindanao Paling Parah Dilanda Banjir
Sementara korban tewas telah meningkat dari 98 orang yang dilaporkan pada Senin (31/10/2022).
Badai Nalgae atau juga disebut Paeng, telah keluar dari Filipina dan diperkirakan akan mendekati pantai China Selatan, kata biro cuaca Filipina (Pagasa).
Melansir dari Tribunnews.com, badai tropis yang memiliki kecepatan angin maksimum 95 kilometer per jam dengan hembusan hingga 160 kilometer per jam, mendarat di provinsi Catanduanes timur pada Sabtu pagi (29/10/2022).
Sementara wilayah Mindanao adalah yang paling parah terkena dampak badai tropis Nalgae.
Badai Nalgae telah membawa hujan lebat ke ibu kota Filipina, Manila, dan provinsi-provinsi terdekat pada Sabtu. Manila dilaporkan diguyur hujan terus-menerus selama 10 jam.
Filipina merupakan negara yang menjadi langganan diterjang badai. Rata-rata 20 badai tropis melanda Filipina setiap tahun.
Baca juga: Tanah Longsor dan Banjir di Filipina Tewaskan 13 Orang saat Badai Tropis Nalgae Menuju Selatan
Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr mengirim belasungkawa kepada korban yang kehilangan nyawa dalam bencana tersebut, dan meyakinkan masyarakat bahwa layanan darurat telah dikerahkan dengan pasokan makanan dan barang-barang lainnya ke daerah-daerah yang paling parah dilanda badai.
Para ilmuwan telah memperingatkan bahwa badai seperti itu dapat menjadi lebih kuat ketika dunia menjadi lebih hangat karena perubahan iklim.