Pihak Berwenang Korea Selatan Mengaku Tidak Punya Pedoman untuk Tangani Kerumunan Pesta Halloween
Pihak berwenang Korea Selatan mengatakan pihaknya tidak memiliki pedoman untuk menangani kerumunan besar yang berkumpul untuk perayaan Halloween.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, SEOUL - Pihak berwenang Korea Selatan (Korsel) mengatakan pihaknya tidak memiliki pedoman untuk menangani kerumunan besar yang berkumpul untuk perayaan Halloween di Itaewon, Seoul.
Perlu diketahui, banyak keluarga di negara itu dan di seluruh dunia berduka atas tewasnya 155 orang dalam tragedi pesta Halloween di distrik Itaewon, Sabtu (29/10/2022) malam.
Tragedi itu terjadi di gang sempit yang diterangi lampu neon di distrik kehidupan malam Itaewon.
Para saksi menggambarkan bahwa korban tidak dapat bergerak atau bernafas saat ribuan orang bersuka ria berdiri berhimpitan di jalan yang lebarnya tidak lebih dari 4 meter atau 13 kaki itu.
Keluarga korban yang panik pun menghabiskan sebagian besar hari Minggu mereka untuk berkumpul di pusat-pusat informasi, di mana pihak berwenang mengumpulkan rincian korban tewas dan terluka.
Baca juga: Tangan Petugas Pemadam Kebakaran Gemetar saat Bicara Tragedi Itaewon, Tuai Pujian KNetz
Selain itu, para keluarga yang khawatir ini turut menghubungi kamar mayat dan rumah sakit dalam upaya putus asa untuk menemukan kerabat mereka yang hilang.
Dengan semua korban yang kini telah teridentifikasi, kepanikan telah berubah menjadi kesedihan nasional saat negara itu bergulat dengan salah satu bencana terburuknya.
Sementara orang tua di negara lain membuat penghormatan untuk anak-anak mereka yang meninggal di Korea Selatan.
Baca juga: Presiden Yoon Suk-Yeol Tetapkan Masa Berkabung Tragedi Itaewon, Sejumlah Acara dan Konser Dibatalkan
Dikutip dari laman CNN, Selasa (1/11/2022), altar peringatan resmi didirikan di pusat kota Seoul pada Senin kemarin.
Soto-foto diletakan dan banyakn orang berkunjung untuk memberikan penghormatan.
Banyak yang menangis dan memegang bunga putih, sedangkan yang lainnya berlutut dan membungkuk penuh khidmat ke altar.
Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol, istrinya, Kim Keon-hee, dan pejabat tinggi termasuk Perdana Menteri dan Wali Kota Seoul pun bergabung dengan para pelayat.
Banyak toko dan bisnis yang tutup sementara untuk menghormati masa berkabung nasional selama sepekan.
Beberapa wilayah dari pusat kota Seoul terlihat nyaris sepi, ini pemandangan yang sangat tidak biasa di ibu kota yang biasanya ramai dan merupakan rumah bagi sekitar 10 juta orang.
Orang-orang juga memberikan penghormatan di sebuah peringatan darurat di Itaewon, di luar stasiun kereta bawah tanah dekat gang di mana tragedi itu terjadi.
Pintu masuk stasiun pun dihiasi dengan deretan bunga dan persembahan seperti catatan tulisan tangan, botol soju minuman keras Korea, dan cangkir kertas berisi minuman.
Di antara para pelayat, terdapat kelompok sipil dari keluarga yang berduka terkait bencana Ferry Sewol, yang menewaskan 304 orang.
Korban bencana Ferry Sewol itu didominasi remaja, mereka tewas bersamaan dengan tenggelamnya kapal itu pada 2014.
"Sebagai orang yang merasakan rasa sakit yang sama, hati saya tercabik-cabik dan saya tidak bisa berkata-kata," kata seorang anggota kelompok itu.
Ia mengatakan bahwa keluarga korban Ferry Sewol sedih melihat 'bencana besar seperti ini terulang kembali'.