Suriah Luncurkan 30 Roket ke Arah Idlib, 9 Orang Tewas dan 25 Lainnya Terluka
Sedikitnya sembilan orang tewas dan 25 orang lainnya erluka setelah Suriah menembakkan 30 roket ke arah Idlib yang dikuasai pemberontak.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Miftah
TRIBUNNEWS.COM - Suriah kembali memanas.
Pasukan pemerintah Suriah dilaporkan menargetkan kamp pemukiman pengungsi di provinsi barat laut Idlib yang dikuasai pemberontak.
Sedikitnya sembilan orang tewas dan 25 orang lainnya erluka setelah Suriah menembakkan 30 roket.
Aktivis oposisi dan responden pertama melaporkan serangan Suriah juga menyasar ke arah kamp Maram pada Minggu (6/11/2022).
"Jet tempur Rusia melancarkan empat serangan di Idlib barat," kata pemantau perang berbasis di Inggris, Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR), seperti dilansir Al Jazeera.
Badan tersebut telah mendokumentasikan kekerasan di Suriah sejak pemberontakan dimulai pada 2011.
Baca juga: Suriah Laporkan Serangan Udara Israel Terhadap Sasaran di Damaskus
Pelanggaran gencatan senjata
Sebagai tanggapan, pejuang pemberontak menargetkan posisi pemerintah dengan artileri dan rudal di daerah Saraqeb, timur Idlib, dan dataran al-Ghab.
Serangan itu adalah pelanggaran terbaru dari gencatan senjata Maret 2020 antara Rusia dan Turki yang mengakhiri serangan pemerintah yang didukung Rusia di provinsi Idlib – benteng terakhir yang dikuasai pemberontak di Suriah.
Gencatan senjata telah berulang kali dilanggar selama dua tahun terakhir.
Pada bulan Juli, tujuh warga sipil, termasuk empat anak dari satu keluarga, tewas dalam serangan udara Rusia di Idlib.
Menurut White Helmets, Pasukan Pertahanan Sipil Suriah oposisi, enam orang tewas selama penembakan setidaknya enam kamp, termasuk dua anak-anak dan seorang wanita, dan 75 lainnya terluka.
Baca juga: Serangan Udara AS Tewaskan 3 Tokoh Senior ISIS dalam Persembunyiannya di Suriah
Stasiun radio pro-pemerintah Sham FM melaporkan serangan itu menargetkan posisi kelompok Hayat Tahrir al-Sham yang terkait dengan al-Qaeda, milisi paling kuat di Idlib.
Perang di Suriah dimulai pada 2011 setelah pemerintah menanggapi dengan keras gerakan protes negara itu.
Ratusan ribu orang telah tewas dan setengah dari populasi 23 juta sebelum perang di negara itu telah mengungsi.
Rusia dan Iran mendukung Presiden Suriah Bashar al-Assad, sementara Turki mendukung pasukan oposisi.
Intervensi Moskow di pihak pemerintah pada 2015 mengubah gelombang konflik.
Berita lain terkait Suriah memanas
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)