Isu Sekularisme di Turki Memanas Gara-gara Sopir Bus Tak Mau Berhenti Saat Waktu Shalat
Isu sekularisme memanas di Turki setelah bus jarak jauh enggan berhenti untuk membiarkan penumpangnya yang Muslim shalat.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Tiara Shelavie

Tanggapan itu menuai pujian dan kritik.
Para pendukung memuji Oz Ercis karena dinilai berani dalam membela sekularisme.
Sedangkan pihak kontra mengaku tidak akan menggunakan jasa transportasi dari perusahaan itu lagi.
Iman Islam menetapkan bahwa para pelancong dapat menyesuaikan waktu dan lama shalat saat bepergian.
"Kami adalah korban dari kampanye hukuman mati, seolah-olah kami menghalangi orang untuk beribadah," kata Keserci.
Ia menambahkan bahwa penumpang yang bersangkutan dapat shalat ketika bus berhenti di tempat istirahat.
Keserci mengatakan sekularisme "tidak berarti bahwa kita tidak beragama. Sekularisme juga melindungi Muslim."
Referendum Hak Berjilbab
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan menyarankan perubahan konstitusi untuk menjamin hak mengenakan jilbab di layanan sipil, sekolah, dan universitas yang diputuskan melalui referendum.
"Jika Anda memiliki keberanian, ayo, mari kita ajukan ini ke referendum," kata Erdogan dalam pidato yang disiarkan televisi, lapor Euronews pada 23 Oktober 2022.
"Biarkan bangsa membuat keputusan," imbuhnya, berbicara kepada pemimpin partai oposisi utama Kemal Kilicdaroglu, yang awalnya mengusulkan undang-undang untuk menjamin hak mengenakan jilbab dalam upaya untuk menyelesaikan apa yang dia katakan sebagai "polarisasi mendalam."
Sebagai tanggapan, Kilicdaroglu menolak gagasan referendum dan menuduh Erdogan meniru pemimpin nasionalis Hungaria Victor Orban, yang menjadi ikon sayap kanan keras.
Perdebatan tentang jilbab di Turki baru-baru ini memanas menjelang pemilihan presiden dan parlemen tahun depan.
Turki telah lama menjadi negara di mana mengenakan jilbab dilarang di lembaga-lembaga publik karena sekularisme diabadikan dalam konstitusinya.