Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Korban Selamat Tragedi Itaewon Desak Pemerintah Korsel Akui Kesalahan, Bukan Cuma Minta Maaf

Nathan Taverniti kehilangan dua temannya karena tragedi lonjakan kerumunan massa mematikan saat malam Halloween diadakan di distrik Itaewon.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Korban Selamat Tragedi Itaewon Desak Pemerintah Korsel Akui Kesalahan, Bukan Cuma Minta Maaf
AFP/ANTHONY WALLACE
Polisi berjalan di antara barang-barang pribadi yang diambil dari tempat kejadian lonjakan massa Halloween yang mematikan yang menewaskan lebih dari 150 orang di distrik Itaewon setelah mereka dipajang di gimnasium untuk dikumpulkan oleh kerabat korban, di Seoul pada 1 November 2022. - Setidaknya 156 sebagian besar anak muda tewas, dan lebih banyak lagi yang terluka, dalam gelombang kerumunan yang mematikan akhir 29 Oktober di pesta Halloween pasca-pandemi pertama di distrik kehidupan malam Itaewon yang populer di Seoul. (Photo by Anthony WALLACE / AFP) 

Namun Taverniti menekankan bahwa yang paling penting bukanlah 'hanya permintaan maaf', namun pemerintah atau pejabat perencanaan mau 'mengakui kesalahan'.

"Saya pikir penting untuk tidak hanya meminta maaf, namun juga pengakuan yang tepat bahwa ada tingkat perencanaan dan alokasi sumber daya yang tidak tepat dan salah untuk malam Halloween itu," tegas Traverniti.

Sebagai saksi mata dan korban selamat dalam tragedi tersebut, ia menegaskan bahwa dirinya mengetahui penanganan situasi itu 'san

"Saya menunggu dan dapat melepas diri dari sana, sementara teman-teman saya masih terperangkap selama lebih dari satu setengah jam, sebelum polisi dan layanan darurat tiba. Jika ada peristiwa besar yang terjadi, harus ada rencana dan tindakan pencegahan untuk mencegah apapun yang mungkin dapat terjadi," papar Traverniti.

Saat mengenang malam itu, ia juga ingat bahwa dirinya hanya melihat sedikit lalu lintas dan pengendalian massa.

Ia dan teman-temannya naik taksi namun harus turun di depan stasiun kereta bawah tanah karena kemacetan lalu lintas di jalanan.

"Traffic dan crowd control juga cukup penting karena tidak hanya layanan darurat yang tidak bisa sampai ke sana lantaran tidak ada yang mengelola jalan, namun juga tidak ada yang mengatur arus lalu lintas dari stasiun atau jalan mana pun," kata Traverniti.

BERITA REKOMENDASI

Ia menunjukkan bahwa Festival Desa Global yang berlangsung di Itaewon sebelum tragedi itu, telah memblokir jalan untuk kerumunan dan kontrol lalu lintas.

"Saya tidak yakin mengapa hal seperti itu terjadi pada Halloween," pungkas Traverniti.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas