Korban Selamat Tragedi Itaewon Desak Pemerintah Korsel Akui Kesalahan, Bukan Cuma Minta Maaf
Nathan Taverniti kehilangan dua temannya karena tragedi lonjakan kerumunan massa mematikan saat malam Halloween diadakan di distrik Itaewon.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Malvyandie Haryadi
Namun Taverniti menekankan bahwa yang paling penting bukanlah 'hanya permintaan maaf', namun pemerintah atau pejabat perencanaan mau 'mengakui kesalahan'.
"Saya pikir penting untuk tidak hanya meminta maaf, namun juga pengakuan yang tepat bahwa ada tingkat perencanaan dan alokasi sumber daya yang tidak tepat dan salah untuk malam Halloween itu," tegas Traverniti.
Sebagai saksi mata dan korban selamat dalam tragedi tersebut, ia menegaskan bahwa dirinya mengetahui penanganan situasi itu 'san
"Saya menunggu dan dapat melepas diri dari sana, sementara teman-teman saya masih terperangkap selama lebih dari satu setengah jam, sebelum polisi dan layanan darurat tiba. Jika ada peristiwa besar yang terjadi, harus ada rencana dan tindakan pencegahan untuk mencegah apapun yang mungkin dapat terjadi," papar Traverniti.
Saat mengenang malam itu, ia juga ingat bahwa dirinya hanya melihat sedikit lalu lintas dan pengendalian massa.
Ia dan teman-temannya naik taksi namun harus turun di depan stasiun kereta bawah tanah karena kemacetan lalu lintas di jalanan.
"Traffic dan crowd control juga cukup penting karena tidak hanya layanan darurat yang tidak bisa sampai ke sana lantaran tidak ada yang mengelola jalan, namun juga tidak ada yang mengatur arus lalu lintas dari stasiun atau jalan mana pun," kata Traverniti.
Ia menunjukkan bahwa Festival Desa Global yang berlangsung di Itaewon sebelum tragedi itu, telah memblokir jalan untuk kerumunan dan kontrol lalu lintas.
"Saya tidak yakin mengapa hal seperti itu terjadi pada Halloween," pungkas Traverniti.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.