AS Beli 100.000 Artileri Howitzer Korea Selatan tapi Diberi ke Ukraina, Washington Bohongi Seoul?
Amerika Serikat akan membeli 100.000 butir artileri howitzer dari produsen Korea Selatan tapi untuk diberikan ke Ukraina.
Penulis: Rica Agustina
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Amerika Serikat (AS) akan membeli 100.000 butir artileri howitzer dari produsen Korea Selatan, AP News melaporkan.
Senjata itu dibeli untuk diberikan ke Ukraina, kata seorang pejabat AS pada Kamis (10/11/2022).
Kementerian Pertahanan Korea Selatan dalam sebuah pernyataan mengakui pembicaraan yang sedang berlangsung mengenai ekspor peluru artileri 155 milimeter dalam jumlah yang tidak ditentukan untuk menopang persediaan AS yang semakin berkurang.
Namun, Kementerian mengatakan negosiasi tersebut berjalan dengan anggapan bahwa AS akan menjadi "pengguna akhir" dari putaran tersebut.
Sebab, Korea Selatan ingin mempertahankan prinsipnya untuk hanya memberikan dukungan yang tidak mematikan kepada Ukraina.
Adapun kesepakatan itu muncul ketika para pemimpin Ukraina menekan lebih banyak senjata dan bantuan untuk mengambil keuntungan dari serangan balasan yang mendorong pasukan Rusia keluar dari beberapa daerah yang telah mereka ambil alih sebelumnya dalam perang.
Baca juga: Zelensky Dukung Aksi Galang Dana Rp424 Miliar untuk Bangun Armada Drone AL Ukraina
Sementara itu, militer AS, terutama Angkatan Darat dan Korps Marinir khawatir pengiriman amunisi howitzer Pentagon yang terus-menerus ke Ukraina memakan persediaan mereka.
Pejabat pertahanan lainnya mengkonfirmasi garis besar kontrak dan mengatakan itu akan membantu tekanan persediaan, khususnya yang melibatkan amunisi howitzer, yang telah digunakan pasukan Ukraina pada tingkat tinggi.
Pekan lalu seorang pejabat pertahanan mengatakan Ukraina membakar sebanyak 7.000 butir amunisi sehari, sementara Rusia menembakkan sebanyak 20.000 butir setiap hari.
Hingga saat ini, Korea Selatan membatasi dukungannya untuk Ukraina pada peralatan dan pasokan yang tidak mematikan.
Pada bulan April, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menekan Korea Selatan untuk menyediakan senjata mematikan setelah serangan Rusia di Mariupol.
Kementerian Pertahanan Korea Selatan mengkonfirmasi pada saat itu bahwa mereka telah menolak permintaan senjata anti-pesawat dari Ukraina, mengutip prinsip pemerintah Korea Selatan yang hanya mengirimkan bantuan yang tidak mematikan.
Namun, jika benar artileri Seoul dikirim ke Ukraina, maka itu membuka kemungkinan artileri Korea Selatan dan Korea Utara ditembakkan satu sama lain negara Zelensky.
Korea Utara telah bersekutu dengan Rusia atas perang di Ukraina sementara juga menyalahkan AS atas krisis tersebut.