Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

14 Negara Tak Setuju dengan Resolusi PBB soal Rusia Harus Ganti Rugi ke Ukraina, Indonesia Abstain

Hasil pemungutan suara terhadap resolusi PBB terkait pertanggungjawaban Rusia ke Ukraina disetujui 94 negara, sedangkan 14 negara tak setuju.

Penulis: garudea prabawati
Editor: Tiara Shelavie
zoom-in 14 Negara Tak Setuju dengan Resolusi PBB soal Rusia Harus Ganti Rugi ke Ukraina, Indonesia Abstain
Kolase Foto Tribunnews
Putin dan Zelensky. Setidaknya sebanyak 14 negara tak setuju soal resolusi PBB yang menyebut Rusia harus bertanggung jawab mereparasi kerusakan di Ukraina. Indonesia abstain. 

TRIBUNNEWS.COM - Majelis Umum PBB pada Senin (14/11/2022) menyetujui sebuat resolusi yang menyerukan agar Rusia bertanggung jawab karena melanggar hukum internasional dengan menyerang Ukraina.

Resolusi tersebut termasuk menyerukan Rusia bertanggung jawab membayar ganti rugi atas kerusakan akibat perang yang terjadi di Ukraina.

Lantas dari hasil pemungutan suara di badan dunia itu yang beranggotakan 193 orang hasilnya 94 negara setuju dengan resolusi.

Sedangkan 14 negara tidak menyetujui, serta 73 negara abstain.

Lantas bagaimana dengan Indonesia?

Baca juga: Rudal Diduga Milik Rusia Hantam Polandia Tewaskan 2 Orang, NATO Turun Tangan

Simak hasil pemungutan suara resolusi PBB di bawah ini, dikutip Tribunnews dari Al Jazeera:

Negara-negara anggota PBB yang memberikan suara menentang resolusi tersebut:

Berita Rekomendasi

Bahama, Belarusia, Republik Afrika Tengah, Cina, Kuba, Republik Demokratik Rakyat Korea (Korea Utara), Eritrea, Etiopia, Republik Islam Iran, Mali, Nikaragua, Federasi Rusia, Republik Arab Suriah dan Zimbabwe.

Negara anggota PBB yang menyatakan abstain:

Aljazair, Angola, Antigua dan Barbuda, Armenia, Bahrain, Bangladesh, Barbados, Belize, Bhutan, Bolivia, Botswana, Brasil, Brunei Darussalam, Burundi, Kamboja, Kongo, Mesir, El Salvador, Guinea Khatulistiwa, Eswatini, Gabon, dan Gambia.

Ada juga Grenada, Guinea, Guinea-Bissau, Guyana, Haiti, Honduras, India, Indonesia, Irak, Israel, Jamaika, Yordania, Kazakstan, Kyrgyzstan, Laos, Lebanon, Lesotho, Libya, Madagaskar, Malaysia, Mauritania, Mauritius, Mongolia, Mozambik, Namibia, Nepal, dan Nigeria.

Juga Oman, Pakistan, Rwanda, Saint Kitts dan Nevis, Saint Lucia, Saint Vincent dan Grenadines, Arab Saudi, Serbia, Sierra Leone, Afrika Selatan, Sudan Selatan, Sri Lanka, Sudan, Suriname, Tajikistan, Thailand, Timor-Leste, Trinidad dan Tobago, Tunisia, Uganda, Uni Emirat Arab, Uzbekistan, Vietnam, Yaman.

Negara-negara anggota PBB yang memberikan suara mendukung resolusi tersebut:

Afghanistan, Albania, Andorra, Argentina, Australia, Austria, Belgia, Benin, Bosnia dan Herzegovina, Bulgaria, Kanada, Tanjung Verde, Chad, Chili, Kolombia, Komoro, Kosta Rika, Kroasia, Siprus, Republik Ceko, Denmark, Djibouti, Republik Dominika.

Ekuador, Estonia, Fiji, Finlandia, Prancis, Georgia, Jerman, Ghana, Yunani, Guatemala, Hungaria, Islandia, Irlandia, Italia, Pantai Gading, Jepang, Kenya, Kiribati, Kuwait, Latvia, Liberia, Liechtenstein, Lithuania, dan Luksemburg.

Juga Malawi, Maladewa, Malta, Kepulauan Marshall, Meksiko, Mikronesia, Monako, Montenegro, Myanmar, Nauru, Belanda, Selandia Baru, Niger, Makedonia Utara, Norwegia, Palau, Panama, Papua Nugini, Paraguay, Peru, Filipina, Polandia, Portugal.

Serta Qatar, Republik Korea (Korea Selatan), Republik Moldova, Rumania, Samoa, San Marino, Seychelles, Singapura, Slovakia, Slovenia, Kepulauan Solomon, Somalia, Spanyol, Swedia, Swiss, Togo, Tuvalu, Turkiye, Ukraina, Inggris Raya, Amerika Serikat, Uruguay, Vanuatu dan Zambia.

Seorang wanita memegang slogan bertuliskan 11/11/2022 - Kherson - Ukraina di Lapangan Maidan untuk merayakan pembebasan Kherson, di Kyiv pada 11 November 2022, di tengah invasi Rusia ke Ukraina. - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan pada 11 November bahwa Kherson adalah milik kita setelah Rusia mengumumkan selesainya penarikannya dari ibukota regional, satu-satunya yang direbut Moskow dalam pertempuran hampir sembilan bulan. (Photo by Genya SAVILOV / AFP)
Seorang wanita memegang slogan bertuliskan 11/11/2022 - Kherson - Ukraina di Lapangan Maidan untuk merayakan pembebasan Kherson, di Kyiv pada 11 November 2022, di tengah invasi Rusia ke Ukraina. - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan pada 11 November bahwa Kherson adalah milik kita setelah Rusia mengumumkan selesainya penarikannya dari ibukota regional, satu-satunya yang direbut Moskow dalam pertempuran hampir sembilan bulan. (Photo by Genya SAVILOV / AFP) (AFP/GENYA SAVILOV)

Sementara itu dikutip dari Washington Post, resolusi PBB kali ini mendapat dukungan paling rendah, dibandingkan dengan lima  resolusi terkait Ukraina yang diadopsi oleh Majelis Umum sejak invasi Rusia 24 Februari lalu.

Baca juga: Populer Internasional: Pidato Presiden Ukraina di G20 | Sosok Ibu Negara Korea Selatan Kim Kun-hee

Resolusi kali ini mendorong membentuk sebuah mekanisme internasional untuk reparasi atas kerusakan, kehilangan atau warga yang terluka di Ukraina atas serangan Rusia.

Ini merekomendasikan bahwa negara-negara anggota majelis PBB bekerja sama dengan Ukraina, membuat daftar internasional untuk mendokumentasikan klaim dan informasi tentang kerusakan, kehilangan atau cedera pada Ukraina dan pemerintah yang disebabkan oleh Rusia.

Sebelum pemungutan suara, Duta Besar Ukraina untuk PBB Sergiy Kyslytsya mengatakan pengeboman dan penembakan oleh Rusia di kota dan desa, menargetkan segala sesuatu mulai dari tanaman dan pabrik hingga bangunan tempat tinggal, sekolah, rumah sakit, dan taman kanak-kanak.

Tidak hanya itu juga menargetkan jalan, jembatan, rel kereta api, dan hampir setengah dari jaringan listrik dan utilitas Ukraina.

Sergiy Kyslytsya juga mengutip laporan tentang kekejaman yang dilakukan oleh Rusia di wilayah yang didudukinya, termasuk pembunuhan, pemerkosaan, penyiksaan, deportasi paksa, dan penjarahan.

“Ukraina akan memiliki tugas berat untuk membangun kembali negaranya dan pulih dari perang ini,” kata Kyslytsya.

“Tapi pemulihan itu tidak akan pernah lengkap tanpa rasa keadilan bagi para korban perang Rusia.”

“Sudah waktunya untuk meminta pertanggungjawaban Rusia,” kata Kyslytsya lagi, menyebut resolusi PBB itu sebagai sinyal harapan untuk keadilan.

Sebaliknya, Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia mendesak anggota majelis untuk memberikan suara menentang resolusi tersebut, menyebutnya sebagai upaya untuk melegalkan sesuatu di mana dari sudut pandang hukum internasional hal itu tidak dapat disahkan.

Nebenzia menuduh Barat melakukan apa saja untuk memberikan lapisan legitimasi untuk mulai membekukan pengeluaran, mencuri aset Rusia sebesar miliaran dolar.

Dan dia menuduh Barat mencari keputusan Majelis Umum PBB sebagai tabir untuk menyembunyikan perampokan terbuka, yang penerima manfaatnya justru perusahaan militer Barat.

Dia memperingatkan bahwa persetujuan resolusi hanya dapat meningkatkan ketegangan dan ketidakstabilan di seluruh dunia.

(Tribunnews.com/Garudea Prabawati)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas