Mantan Presiden Georgia Tanggapi Rumor Dirinya 'Diracun': Jangan Dipolitisasi
Kendati demikian, ia mengakui bahwa kondisi kesehatannya tengah mengalami penurunan dalam dua bulan terakhir
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, TBILISI - Mantan Presiden Georgia, Mikheil Saakashvili yang tetap berada dalam tahanan di negara asalnya, menepis spekulasi bahwa ia 'diduga diracun'.
Pekan lalu, pengacara Saakashvili dan ibunya mengklaim bahwa petugas medis telah menemukan jejak merkuri dan logam berdensitas tinggi lainnya dalam tubuhnya.
"Saya ingin menyatakan bahwa saya tidak pernah memberitahu pengacara saya bahwa ada kecurigaan saya diracun. Setiap bentuk spekulasi mengenai masalah ini tentu tidak pantas," kata Saakashvili di laman Facebook miliknya pada Senin waktu setempat.
Kendati demikian, ia mengakui bahwa kondisi kesehatannya tengah mengalami penurunan dalam dua bulan terakhir.
Namun ia berharap tidak ada pihak yang mempolitisasi kondisi kesehatannya itu.
"Kesehatan saya benar-benar memburuk, terutama dalam dua bulan terakhir. Tidak perlu mempolitisasi masalah ini," jelas Saakashvili.
Baca juga: Ukraina Coba Tekan Georgia untuk Gabung Perang Lawan Rusia
Dikutip dari laman Russia Today, Senin (21/11/2022), politisi berusia 54 tahun itu juga berterima kasih kepada para petugas medis di sebuah klinik di ibu kota Georgia, Tbilisi, yang telah merawatnya sejak Mei lalu, setelah ia sempat dirawat di rumah sakit akibat 'mogok makan dalam waktu lama'.
Menteri Dalam Negeri Georgia Rati Bregadze mengatakan pada hari Minggu kemarin bahwa otoritas penjara belum menerima laporan tentang dugaan keracunan Sakkashvili dan berjanji akan memerintahkan pemeriksaan medis terhadap manta orang nomor satu di Georgia itu.
Perlu diketahui, Saakashvili telah ditahan sejak Oktober tahun lalu setelah diketahui kembali ke Georgia di tengah pemilihan yang diadakan di negara itu.
Pihak berwenang Georgia menuduhnya melakukan penyalahgunaan kekuasaan, penggelapan dan pelanggaran lainnya selama menjabat pada periode 2004 dan 2013.
Ia juga disebut bertanggung jawab mengirim pasukan Georgia untuk menyerang republik Ossetia Selatan yang memisahkan diri pada Agustus 2008, yang kemudian memicu konflik militer singkat dengan Rusia setelah penjaga perdamaiannya yang ditempatkan di daerah itu diserang.
Pada 2015, Saakashvili diberikan kewarganegaraan Ukraina dan ditugaskan sebagai Gubernur Wilayah Odessa negara itu, namun akhirnya mengundurkan diri setahun kemudian, dan menuduh pemerintah Ukraina 'korup'.
Menurut pengacara dan keluarganya, kesehatan Saakashvili memburuk secara drastis selama di penjara, dengan berat badannya turun 20 kilogram dan tidak bisa menggerakkan lengan kirinya.
Mereka mengklaim bahwa ia telah didiagnosis dengan setidaknya 17 penyakit, termasuk tuberkulosis dan demensia.
Pendukungnya kemudian menuntut agar ia dikirim ke luar negeri untuk menjalani perawatan.