Aksi Protes Meminta Lockdown Dicabut Meluas, China Perketat Keamanan Seluruh Penjuru Kota
Para pemilik toko dan kafe di kawasan distrik Shanghai diminta untuk tutup sementara, demi mencegah munculnya korban ketika para demonstran anarkis.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, BEIJING – Pihak berwenang China menyerukan langkah untuk memperketat keamanan di seluruh penjuru kota, termasuk Shanghai dan Beijing yang kerap menjadi titik lokasi aksi demonstrasi menentang diberhentikannya kebijakan lockdown.
Pengetatan keamanan dilakukan dengan memasang penghalang yang terbuat dari logam berwarna biru di sepanjang jalan guna mencegah masa berkerumun.
Tak hanya itu para pemilik toko dan kafe di kawasan distrik Shanghai diminta untuk tutup sementara, demi mencegah munculnya korban ketika para demonstran bertindak anarkis.
Melansir dari Straitstimes, pemerintah turut menerjunkan ratusan polisi dengan rompi visibilitas tinggi untuk melakukan pengecekan terhadap kendaraan mobil dan sepeda motor yang melintas.
Baca juga: Protes Lockdown dan Nol Covid di China, Demonstran Bawa Kertas Putih untuk Sindir Pemerintah
Situasi serupa juga terlihat di kawasan Beijing, dimana para polisi dilaporkan memperketat keamanannya dengan melakukan patroli di tempat-tempat yang kerap digunakan para pengunjuk rasa untuk melakukan aksi protes.
Pengetatan kontrol ini dilakukan mulai Senin (28/11/2022) pagi waktu setempat, usai ratusan masyarakat China yang terdiri dari sejumlah universitas warga sipil menunjukkan sikap pembangkangan melawan kebijakan nol – covid yang berlakukan pemimpin Xi Jinping .
Menurut laporan media setempat selama akhir pekan kemarin, sekitar 400 pengunjuk rasa yang mengkritisi kebijakan Jinping menggelar demo besar.
Awalnya aksi demo dilakukan dengan tertib dan tenang, para demonstran khusyuk mendengarkan orasi, sebagian dari mereka turut mengibarkan bendera China dan menyanyikan lagu kebangsaan.
Perlahan demo berakhir dengan aksi pukul dan bentrok, warga berkumpul menumpahkan amarah dengan meneriakkan slogan, "Cabut lockdown!.
Di kota-kota termasuk Wuhan dan Lanzhou, demonstran yang mengamuk membatalkan fasilitas pengujian COVID-19, aksi demo serupa juga terjadi di kota metropolis terbesar di China, Shanghai pada akhir pekan kemarin.
“Kami tidak menginginkan topeng, kami menginginkan kebebasan. Kami tidak ingin tes Covid, kami ingin kebebasan,” teriak salah satu massa di Beijing.
Massa berkumpul dengan beberapa di antaranya mendesak mundurnya Presiden Xi Jinping karena mengganggap kebijakan lockdownnya telah mengganggu masyarakat menjalankan roda perekonomian.
Demonstran menganggap kebijakan pembatasan Covid China telah gagal, karena semakin mendorong jatuh sektor perekonomi hingga membawa kemunduran dalam memberantas virus.
Baca juga: China Perketat Keamanan Shanghai Pasca Meluasnya Protes Anti-Lockdown di Seluruh Negeri
“Orang-orang sekarang telah mencapai titik didih karena belum ada arah yang jelas untuk mengakhiri kebijakan nol-Covid,” kata Alfred Wu Muluan, pakar politik China di National University of Singapore.
Tak hanya memicu kemunduran bagi China, kebijakan nol Covid turut menyeret turun sejumlah bursa di perdagangan saham di pasar Asia – Pasifik.
Bahkan harga minyak dunia ikut terperosok jatuh ke level terendah imbas dari ketegangan di China.