Peningkatan Efisiensi Energi di Sektor Industri Diyakini Bisa Kendalikan Perubahan Iklim
Sebuah laporan terbaru menunjukkan 'peningkatan efisiensi energi pada sektor industri' merupakan cara tercepat untuk memangkas biaya energi dan emisi.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Arif Fajar Nasucha
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, ZURICH - Saat ini dunia tengah menghadapi perubahan iklim (climate change) yang mendorong semua negara untuk mengambil langkah strategis dalam menekan 'kekacauan' ini, satu di antaranya melalui efisiensi energi.
Perlu diketahui, efisiensi energi merupakan upaya menggunakan lebih sedikit energi untuk mencapai tujuan yang sama, yakni menghilangkan pemborosan energi.
Efisiensi energi pun memberikan berbagai manfaat, mulai dari mengurangi emisi gas rumah kaca, mengurangi permintaan impor energi, hingga menurunkan biaya pada tingkat rumah tangga dan ekonomi secara luas.
Teknologi energi terbarukan juga berkontribusi dalam mencapai tujuan ini, meningkatkan efisiensi energi dianggap sebagai 'cara termurah dan seringkali paling cepat untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil'.
Sebenarnya ada peluang besar untuk peningkatan efisiensi pada setiap sektor ekonomi, baik itu bangunan, transportasi, industri maupun pembangkit energi.
1. Bangunan
Dikutip dari laman www.eesi.org, Rabu (30/11/2022), Perancang bangunan dapat mengoptimalkan efisiensi bangunan dan kemudian menggabungkan teknologi energi terbarukan, yang mengarah pada penciptaan bangunan tanpa energi.
Perubahan desain bangunan yang ada juga dapat dilakukan untuk mengurangi penggunaan energi dan biaya.
Ini mungkin termasuk langkah-langkah kecil, seperti memilih bola lampu LED dan peralatan hemat energi, atau upaya yang lebih besar seperti meningkatkan insulasi atap.
2. Pembangkit dan Distribusi Energi
Ini merupakan gabungan sistem panas dan daya menangkap panas 'limbah' dari pembangkit listrik, lalu menggunakannya untuk menyediakan pemanas, pendingin, atau air panas ke gedung dan fasilitas terdekat.
Hal ini meningkatkan efisiensi energi pembangkit listrik dari sekitar 33 persen menjadi 80 persen.
Jaringan pintar adalah sistem lain yang akan meningkatkan efisiensi pembangkitan, distribusi dan konsumsi listrik.
3. Desain Komunitas
Lingkungan yang dirancang dengan pengembangan penggunaan campuran dan opsi yang aman, serta dapat diakses untuk berjalan kaki, bersepeda hingga transportasi umum adalah kunci untuk mengurangi kebutuhan perjalanan kendaraan pribadi.
4. Kendaraan
Kendaraan yang lebih hemat energi membutuhkan lebih sedikit bahan bakar untuk menempuh jarak tertentu.
Hal ini menghasilkan lebih sedikit emisi, dan membuatnya jauh lebih murah untuk dioperasikan.
Hibrida plug-in dan kendaraan listrik sepenuhnya merupakan kendaraan yang sangat hemat bahan bakar.
5. Kargo
Barang dapat dipindahkan lebih efisien dengan meningkatkan efisiensi transportasi kereta api dan truk, serta dengan mengalihkan angkutan barang jarak jauh dari truk ke kereta api.
6. Kebiasaan manusia
Sederet strategi yang dipaparkan itu meningkatkan efisiensi energi, terutama melalui teknologi dan desain.
Namun, cara orang menggunakan teknologi ini akan berdampak signifikan terhadap efektivitasnya.
Penelitian menunjukkan bahwa 30 persen potensi penghematan energi dari teknologi efisiensi tinggi hilang karena berbagai faktor sosial, budaya dan ekonomi.
Oleh karena itu, mengatasi faktor-faktor ini tentu merupakan komponen penting dalam upaya mendorong agar ekonomi kita lebih hemat energi.
Terkait hal ini, sektor bisnis di berbagai belahan dunia telah menghadapi tekanan besar yang tidak pernah dialami sebelumnya akibat peningkatan biaya energi dan urgensi perubahan iklim.
Sebuah laporan terbaru dari the Energy Efficiency Movement menunjukkan 'peningkatan efisiensi energi pada sektor industri' merupakan cara tercepat dan paling efektif untuk memangkas biaya energi dan emisi gas rumah kaca.
Baca juga: Hadapi Perubahan Iklim, PSL IPB Ajak Masyarakat Tingkatkan Ketahanan Pangan
The Energy Efficiency Movement merupakan forum global yang terdiri dari 200-an organisasi yang berbagi ide, praktik terbaik serta komitmen untuk menciptakan dunia yang lebih hemat energi.
'The Industrial Energy Efficiency Playbook' pun telah diterbitkan dan berisi 10 aksi nyata yang dapat dilakukan sektor bisnis dalam meningkatkan efisiensi energi, mengurangi beban biaya, dan menurunkan emisi saat ini.
Hal ini dilakukan dengan mengandalkan solusi teknologi yang terintegrasi dan tersedia secara luas yang menjanjikan imbal hasil serta rasio pengembalian investasi (ROI) yang cepat dan mampu digunakan dalam skala besar.
Senior Program Manager, Energy Efficiency dari International Energy Agency (IEA), Kevin Lane mengatakan bahwa efisiensi energi adalah solusi terbaik bagi perusahaan dan upaya dalam pengendalian terhadap perubahan iklim.
"Di saat sektor industri menghadapi urgensi dalam menghadapi isu perubahan iklim di seluruh lini, antara lain melalui penggunaan energi terbarukan, investasi dalam proses rendah karbon serta pengembangan model bisnis sirkular, efisiensi energi muncul sebagai peluang terbaik yang fokus pada prospek bisnis jangka pendek terhadap upaya pengurangan emisi," kata Lane.
10 aksi konkret dalam laporan tersebut, kata dia, memetakan solusi hemat biaya.
"Ini dapat digunakan dalam skala cepat untuk membantu perusahaan mewujudkan ambisi pengendalian dampak perubahan iklim menjadi sebuah tindakan konkret," tegas Lane.
Menurut IEA, sektor industri merupakan konsumen listrik, gas alam, dan batu bara terbesar di dunia, yang bertanggung jawab terhadap 42 persen total permintaan listrik global, atau setara dengan lebih dari 34 exajoules energi.
Sementara itu, industri besi, baja, kimia dan petrokimia merupakan pengguna energi tertinggi di antara 5 negara konsumen energi terbesar di dunia, yakni China, Amerika Serikat (AS), India, Rusia dan Jepang.
IEA menekankan bahwa konsumsi energi tersebut menyebabkan peningkatan beban biaya di tengah kontraksi inflasi dunia saat ini.
Tidak hanya itu, hal ini juga mengakibatkan produksi 9 gigaton CO2, setara dengan 45 persen total emisi langsung yang dihasilkan sektor pengguna akhir pada 2021.
Laporan ini merupakan hasil wawancara dengan sejumlah organisasi multinasional, di antaranya ABB, Alfa Laval, DHL Group, IEA, Microsoft serta ETH Zürich, Institut Teknologi Federal Swiss.
Para kontributor studi tersebut merekomendasikan beberapa solusi strategis, mulai dari audit energi hingga penentuan ukuran mesin industri yang tepat.
Perlu diketahui, mesin industri sering kali terlalu besar dalam melakukan proses produksi sehari-hari, sehingga menyebabkan pemborosan energi.
Selain itu, memindahkan data dari on-site server ke cloud dapat membantu menghemat sekitar 90 persen energi yang digunakan sistem Information Technology (IT).
Hal ini diperkuat dengan mempercepat transisi armada di sektor industri dari yang berbahan bakar fosil ke armada berbahan bakar listrik, mengganti boiler gas ke pompa panas, atau menggunakan penukar panas yang terpelihara dengan baik untuk mengoptimalkan efisiensi.
Aksi lainnya mencakup pemasangan sensor dan pemantauan energi digital secara real-time untuk mengungkapkan apa yang disebut 'ghost assets' pada saat penggunaan daya dalam kondisi stand-by.
Tidak seperti digital twin yang dapat mensimulasikan efisiensi tanpa mengganggu proses produksi.
Selain itu, penggunaan solusi smart building untuk mengontrol sistem tenaga, penerangan, tirai dan pemanas, ventilasi serta pendingin udara (HVAC) juga akan menghemat energi di fasilitas industri.
Rekomendasi lebih lanjut menyebutkan bahwa pemasangan variable speed drive bertujuan untuk meningkatkan efisiensi energi pada sistem penggerak motor hingga mencapai 30 persen.
Ini tentunya dapat menekan beban biaya dan mengurangi emisi.
Jika lebih dari 300 juta sistem kelistrikan industri berbasis motor yang saat ini beroperasi dapat diganti dengan penggerak motor yang lebih optimal dan memiliki efesiensi tinggi, maka hal ini akan mengurangi konsumsi listrik global hingga 10 persen.
President Motion Business Area ABB, Tarak Mehta mengatakan bahwa saat ini telah tersedia solusi efisiensi energi yang dapat membantu industri memitigasi perubahan iklim dan menurunkan biaya energi, tanpa mengorbankan kinerja dan produktivitas.
"Melalui kemajuan teknologi terdepan dalam efisiensi energi, industri dapat melakukan peningkatan efisiensi secara signifikan melalui teknologi yang tersedia," tegas Mehta.
Dengan demikian, kata dia, tidak perlu mematikan lampu dan menghentikan produksi untuk menghemat biaya.
"Laporan terbaru ini memuat langkah-langkah praktis yang dapat diambil oleh eksekutif perusahaan untuk mengurangi penggunaan energi dan biaya, dengan tetap mempertahankan operasi saat ini," jelas Mehta.
Di sisi lain, Vice President, Head of Local Business Area, Motion ABB Indonesia, Chen Kang Tan menegaskan bahwa dampak peningkatan efisiensi energi bervariasi dari satu sektor industri ke lainnya dan memberikan peluang efisiensi biaya serta emisi yang sangat besar.
Bahkan mitigasi pengendalian dampak perubahan iklim oleh sektor industri kini sangat dibutuhkan di berbagai tingkatan, mengingat berbagai manfaat yang dapat dihasilkan dalam waktu singkat dengan tingkat risiko yang minim.
"Seringkali kita berpikir telah melakukan upaya efisiensi secara optimal. Namun perkembangan pesat teknologi dalam kurun waktu satu dekade terakhir, membuka peluang efisiensi energi yang lebih besar. Teknologi yang dibutuhkan industri untuk mengoptimisasi efisiensi energi telah hadir, dan saat ini adalah waktu yang paling tepat untuk mengimplementasikannya," kata Chen Kang.
Pemimpin perusahaan dan para pakar yang ingin mempelajari lebih lanjut tentang cara mengurangi biaya energi dan emisi karbon pun diundang untuk bergabung dalam acara panel diskusi khusus.
Panel diskusi ini dimaksudkan untuk mendalami peluang yang disajikan laporan yang dimaksud, serta langkah pemanfaatannya.
Acara ini pun akan berlangsung pada 13 Desember mendatang.