Tolak Diplomasi AS, Vladimir Putin Targetkan Infrastruktur Energi Ukraina sebagai Serangan Balasan
Vladimir Putin tolak diplomasi AS dan targetkan infrastruktur energi Ukraina sebagai balasan atas pemboman jembatan penghubungan Krimea dan Rusia.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan akan menargetkan infrastruktur energi Ukraina dalam serangan berikutnya.
Vladimir Putin memastikan gelombang serangan itu sudah dekat.
Rencana ini ia sampaikan kepada Kanselir Jerman Olaf Scholz melalui telepon, Jumat (2/12/2022).
Ancaman ini sebagai respons kebijakan destruktif Barat terhadap Rusia.
Vladimir Putin juga telah menolak seruan Presiden AS Joe Biden untuk pembicaraan damai pada 2 Desember 2022.
Baca juga: Putin Tolak Damai dengan Ukraina jika AS dan Sekutu Tak Akui 4 Wilayah Baru Federasi Rusia
"Tercatat bahwa Angkatan Bersenjata Rusia telah lama menahan diri dari serangan rudal presisi terhadap target tertentu di wilayah Ukraina," kata Olaf membacakan panggilan telepon Rusia pada Jumat (2/12/2022), dikutip dari Oil Price.
"Tapi sekarang tindakan seperti itu telah menjadi tanggapan yang dipaksakan dan tak terelakkan terhadap serangan provokatif Kyiv terhadap infrastruktur sipil Rusia."
Pernyataan ini merujuk pada ledakan yang merusak jembatan Kerch yang menghubungkan Rusia dengan Krimea pada 8 Oktober 2022.
Putin juga menekankan adanya ancaman dari dukungan senjata NATO ke Ukraina.
"Perhatian tertuju pada garis destruktif negara-negara Barat, termasuk Jerman, yang memompa senjata ke rezim Kyiv, dan sedang melatih militer Ukraina."
Putin mengingatkan Scholz tentang dukungan politik dan keuangan Barat yang membuatnya tak mungkin berdamai dengan Ukraina.
Menurut Putin, Ukraina juga tak menunjukkan niat untuk berdamai dan memenuhi syarat dari Rusia.
Baca juga: Reaksi Vladimir Putin Setelah Eropa Batasi Harga Minyak Rusia Maksimal 60 Dolar AS Per Barel
Rusia: Operasi militer khusus tetap berlanjut
Serangan Rusia telah menghancurkan hampir setengah dari sistem energi Ukraina dan meninggalkan jutaan orang dalam cuaca dingin dan gelap di awal musim dingin, seperti diberitakan oleh The Moscow Times.
Rusia mengatakan tidak berminat untuk berdiplomasi dengan Ukraina, setelah Joe Biden mengatakan bersedia duduk bersama Putin jika pemimpin Rusia itu benar-benar ingin mengakhiri pertempuran.
"Apa sebenarnya yang dikatakan Presiden Biden? Dia mengatakan negosiasi hanya mungkin dilakukan setelah Putin meninggalkan Ukraina," kata juru bicara Putin, Dmitry Peskov, kepada wartawan.
"Moskow pasti tidak siap menerima persyaratan tersebut. Operasi militer khusus berlanjut," tambahnya.
Baca juga: Kurangi Pendapatan Putin, G7 Sepakat Tetapkan Batas Harga Minyak Rusia Sebesar 60 Dolar AS per Barel
Isu melemahnya dukungan Barat
Menurut Departemen Luar Negeri AS, ada kelelahan dari sekutu Barat yang mendukung Ukraina, seperti diberitakan Intellinews.
Sehingga, mereka baru-baru mulai menyerukan pembicaraan damai.
"Saya siap untuk berbicara dengan Tuan Putin jika memang ada minat padanya untuk memutuskan dia mencari cara untuk mengakhiri perang," kata Joe Biden dalam konferensi pers dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron, Kamis (1/12/2022).
"Ada satu cara untuk mengakhiri perang ini - cara yang rasional. Putin menarik diri dari Ukraina. Tapi sepertinya dia tidak akan melakukannya," kata Biden.
Juru bicara kepresidenan Dmitry Peskov mengatakan kepada wartawan keesokan harinya bahwa Rusia tidak siap untuk menarik pasukannya dari Ukraina.
"Faktanya, apa yang dikatakan Presiden Biden, dia mengatakan negosiasi hanya mungkin dilakukan setelah Putin meninggalkan Ukraina," kata Peskov kepada kantor berita Rusia RIA Novosti.
Prancis: Diplomasi ini adalah hak Ukraina
Sementara Emmanuel Macron menekankan, terserah Kyiv untuk memutuskan kapan waktunya telah tiba untuk negosiasi dengan Rusia.
"Kami tidak akan pernah mendesak warga Ukraina untuk membuat kompromi yang tidak dapat diterima oleh mereka," kata presiden Prancis itu.
"Kita harus membiarkan Ukraina memutuskan saat dan kondisi yang akan mereka negosiasikan." lanjutnya.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Artikel lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.