Israel Takkan Biarkan Tentaranya Diinvestigasi Pihak Manapun
PM Israel Yair Lapid takkan memberi kesempatan pihak manapun menginvestigasi tentaranya terkait pembunuhan jurnalis Al Jazeera Shireen Abu Akleh.
Penulis: Setya Krisna Sumarga
TRIBUNNEWS.COM, TEL AVIV – Perdana Menteri Israel Yair Lapid menegaskan tak mengizinkan pihak manapun menyelidiki tentara Israel atas pembunuhan jurnalis Al Jazeera, Shireen Abu Akleh.
"Tidak ada yang akan menyelidiki tentara Israel, mengkhotbahkan moralitas tentang peperangan, dan tentunya bukan Al Jazeera," kata media Israel mengutip pernyataan Yair Lapid.
Pengumuman itu dibuat kantor Yair Lapid, Selasa (6/12/2022). Media Al Jazeera telah mengajukan permintaan resmi ke Pengadilan Kriminal Internasional untuk menyelidiki pembunuhan Abu Akleh.
Pengacara media penyiaran yang berbasis di Qatar mengumpulkan bukti tidak ada bentrokan yang terjadi di lokasi terbunuhnya Shireen.
Fakta yang ada tembakan yang dilepaskan tentara Israel yang langsung menargetkan koresponden Al Jazeera di wilayah Palestina itu.
Baca juga: Washington “Lindungi” Israel di Kasus Pembunuhan Jurnalis Aljazeera Shireen Abu Akleh
Baca juga: PBB Sebut Jurnalis Al Jazeera Shireen Abu Akleh Tewas Ditembak Pasukan Israel, Bukan Orang Palestina
Baca juga: Liputan Investigasi CNN, Jurnalis Shireen Abu Akleh Sengaja Dibunuh Israel
Menteri Keamanan Israel Banny Gantz menambahkan kematian Shireen Abu Akleh terjadi di tengah peristiwa pertempuran yang jelas.
Sebelumnya pada Mei, Jaksa Agung Palestina Akram al-Khatib mengumumkan seorang tentara Israel menembak Shireen Abu Akleh, dan tepat mengenai kepalanya.
Pada 11 Mei 2022, Shireen Abu Akleh, seorang koresponden senior yang dikenal di seluruh dunia Arab, dibunuh dengan darah dingin saat meliput invasi pendudukan Israel ke Jenin di Tepi Barat.
Menurut warga Palestina dan rekan Abu Akleh yang bersamanya saat itu, perempuan pemegang papsor Amerika Serikat itu dibunuh oleh tembakan Israel.
Orang-orang Palestina menolak menyerahkan peluru kepada "Israel" karena takut pendudukan Israel akan mengutak-atik peluru dan menyembunyikan kebenaran.
Media AS The Washington Post, menyimpulkan Abu Akleh dibunuh tentara Israel setelah mereka memeriksa lebih dari 60 video, posting media sosial, dan foto pembunuhan, melakukan pemeriksaan fisik di daerah tersebut.
The Post juga menugaskan dua analisis akustik independen dari tembakan tersebut, menyimpulkan dalam sebuah laporan Abu Akleh dibunuh oleh tentara Israel dalam konvoi yang berada di dekat mereka.
Dalam konteks yang sama, penyelidikan selama sebulan oleh The New York Times menemukan peluru yang membunuh Abu Akleh ditembakkan dari perkiraan lokasi konvoi militer Israel, kemungkinan besar oleh seorang prajurit dari unit elite.
Bukti yang ditinjau The Times menunjukkan tidak ada pejuang perlawanan Palestina di dekatnya ketika dia ditembak.
Ini bertentangan klaim Israel, jika seorang tentara secara keliru membunuhnya, itu karena dia menembak seorang pria bersenjata Palestina.
Penyelidikan juga menunjukkan 16 tembakan dilepaskan dari lokasi konvoi Israel, bertentangan klaim Israel tentara tersebut telah menembakkan lima peluru ke arah wartawan.
Abu Akleh (51), adalah koresponden on-air terkenal dan dihormati yang menjadi terkenal selama intifada Palestina kedua, atau pemberontakan, melawan pendudukan Israel dua dekade lalu.
Dia menggunakan suaranya untuk menghadapi kenyataan hidup yang brutal di bawah pendudukan Israel, yang sekarang sudah memasuki dekade keenam.
Polisi Israel memukuli para pelayat dan pengusung jenazah selama pemakamannya di Al-Quds yang diduduki pada 14 Mei 2022.
Kekerasan oleh polisi Israel yang mencegah arak-arakan pelayatan Shreen Abu Akleh ini mendapat banyak kecaman dari seluruh dunia.(Tribunnews.com/AlMayadeen/xna)