Klaim Takkan Gunakan Nuklir, Putin Akui Perang di Ukraina Bisa Berubah Jadi Proses Jangka Panjang
Berbicara kepada anggota dewan hak asasi manusia pada Rabu (7/12/2022), Putin mengklaim Rusia tidak akan menggunakan senjata nuklir terlebih dahulu.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Tiara Shelavie

TRIBUNNEWS.COM - Presiden Rusia Vladimir Putin mengakui perang di Ukraina bisa berubah menjadi proses jangka panjang.
Katanya, ia berusaha mempertahankan invasi meski pasukan Rusia terpaksa mundur dan pangkalan udara diserang.
Dilansir The Guardian, berbicara kepada anggota dewan hak asasi manusia pada Rabu (7/12/2022), Putin mengklaim Rusia tidak akan menggunakan senjata nuklir terlebih dahulu dalam konflik apa pun.
Putin juga menyangkal pasukan Rusia secara massal meninggalkan medan pertempuran.
Dia menegaskan Moskow tidak perlu memobilisasi lebih banyak pasukan.
Seperti diketahui, mobilisasi parsial yang diperintahkan Putin beberapa bulan lalu telah menyebabkan pergolakan besar di Rusia.
Baca juga: Zelensky Minta Amerika Serikat Dukung Pengadilan Khusus untuk Presiden Rusia Vladimir Putin
"Mengenai lambatnya proses operasi militer khusus, tentu saja bisa menjadi proses jangka panjang," kata Putin.
Diketahui, Rusia terpaksa meninggalkan beberapa wilayah yang dicaplok, terutama Kherson yang direbut kembali Ukraina.
Kini Rusia kembali menyerang Kherson dari sisi lain Sunga Dnipro.
Putin tegaskan tak ada mobilisasi parsial lagi
Pada Rabu, Putin membantah pemerintahannya merencanakan putaran kedua mobilisasi massal.
Dia mengklaim bahwa 300.000 orang Rusia yang dimobilisasi, hanya setengahnya yang dikirim ke zona konflik, sementara yang lainnya masih dalam pelatihan.
"Dalam kondisi seperti ini, setiap pembicaraan tentang proses mobilisasi tambahan sama sekali tidak masuk akal," katanya.
Baca juga: Vladimir Putin: Risiko Perang Nuklir Semakin Besar, Tapi Kami Belum Gila

"Negara dan Kementerian Pertahanan tidak membutuhkan mobilisasi saat ini," jelas Putin.