Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Tuntut Kenaikan Upah, Wartawan New York Times Lakukan Mogok Kerja Massal

aksi mogok kerja terjadi di tengah frustasi karena tawar-menawar telah berlarut-larut sejak kontrak karyawan berakhir pada Maret 2021.

Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Muhammad Zulfikar
zoom-in Tuntut Kenaikan Upah, Wartawan New York Times Lakukan Mogok Kerja Massal
USA TODAY
Ilustrasi The New York Times. Sekitar 1.100 karyawan yang tergabung ke dalam serikat pekerja New York Times melakukan aksi mogok kerja pada Kamis (8/12/2022), menuntut kenaikan upah yang lebih tinggi. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Sekitar 1.100 karyawan yang tergabung ke dalam serikat pekerja New York Times melakukan aksi mogok kerja pada Kamis (8/12/2022), menuntut kenaikan upah yang lebih tinggi.

Dikutip dari The Guardian, aksi mogok kerja terjadi di tengah frustasi karena tawar-menawar telah berlarut-larut sejak kontrak karyawan di serikat pekerja NewsGuild berakhir pada Maret 2021.

Adapun, aksi mogok kerja itu menandai pertama kalinya karyawan New York Times berpartisipasi dalam penghentian kerja sejak awal 1980-an dan terjadi di tengah gerakan buruh yang berkembang di seluruh Amerika Serikat di mana karyawan dari perusahaan seperti Amazon, Starbucks dan Apple telah mengorganisir dalam upaya untuk melawan apa yang mereka katakan sebagai praktik ketenagakerjaan yang tidak adil.

Baca juga: Biaya Makan Malam Natal Tradisional di Inggris Naik Tiga Kali Lebih Cepat dari Upah

"Hari ini kami siap untuk bekerja selama yang diperlukan untuk mencapai kesepakatan yang adil, tetapi manajemen meninggalkan meja dengan sisa waktu lima jam," tweet serikat pekerja New York Times pada Rabu (7/12/2022)

Lantas, The New York Times mengeluarkan pernyataan yang mengonfirmasi aksi pemogokan itu.

"Sangat mengecewakan bahwa mereka mengambil tindakan ekstrem ketika kami tidak berada di jalan buntu," kata perusahaan itu.

Berita Rekomendasi

Sementara itu, Nick Confessore, seorang koresponden politik di surat kabar itu, mengatakan kepada Guardian bahwa aksi pemogokan terasa seperti "berkabung".

“Tugas kami adalah meliput berita ini,” kata Nick.

Baca juga: The New York Times Beli Game Kata Populer, Wordle

“Hari ini, saya mundur dari keyboard saya, karena saya merasa bahwa untuk membangun New York Times yang dapat melayani pembaca kami dengan sebaik-baiknya di masa depan, kami membutuhkan kesepakatan yang lebih baik dengan orang-orang yang ada di sini,” imbuhnya.

Adapun, Dana Goldstein, seorang koresponden domestik yang telah bekerja di perusahaan selama enam tahun, mengatakan kenaikan upah yang ditawarkan "mengecewakan", terutama pada saat PHK melanda industri berita dan ekonomi AS sedang terpukul oleh inflasi.

“Kenaikan yang mereka tawarkan kurang dari kenaikan tahunan sebesar 3 persen selama kontrak ini. Dalam iklim ekonomi ini, dan mengingat keuntungan yang sangat luar biasa yang dihasilkan Times sebagai perusahaan yang sukses, hanya kenaikan tahunan 3 persen tidak cukup untuk anggota kami,” kata Goldstein.

Goldstein juga mengungkapkan kekecewaannya dengan batas gaji saat ini yakni sebesar 45.000 dolar AS per tahun. Di sisi lain, serikat pekerja meminta setidaknya 65.000 dolar AS per tahun.

"Itu bukan upah layak di New York City, yang merupakan kota termahal di dunia," kata Goldstein.

Baca juga: Donald Trump Gugat Keponakannya dan New York Times Terkait Berita Skandal Pajak

“Kami memiliki anggota yang pemiliknya meminta kenaikan sewa sebesar 1.000 dolar AS selama setahun terakhir,” imbuhnya.

NewsGuild mengatakan bahwa karyawan New York Times yang melakukan aksi pemogokan tidak akan mendapat bayaran. Karyawan juga diminta untuk bekerja lembur untuk menyelesaikan pekerjaan sebelum pemogokan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas