China Hentikan Aplikasi Pelacak Covid-19 usai Diakhirinya Pembatasan Skala Besar
Keputusan itu diambil hanya beberapa hari setelah China mengumumkan diakhirinya penguncian skala besar, karantina wajib di fasilitas pusat
Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, BEIJING – Pemerintah China pada Senin (12/12/2022) mengatakan bahwa pihaknya akan menghentikan aplikasi yang digunakan untuk melacak siapapun yang kontak erat dengan orang yang terpapar Covid-19.
"Kartu Rencana Perjalanan Komunikasi yang dikelola negara untuk melacak apakah seseorang telah berada di area berisiko tinggi berdasarkan sinyal telepon mereka, akan mulai di nonaktifkan pada Selasa (13/12/2022),” kata Pemerintah.
Keputusan itu diambil hanya beberapa hari setelah China mengumumkan diakhirinya penguncian skala besar, karantina wajib di fasilitas pusat, dan pelonggaran tindakan pengujian yang luas.
Baca juga: Kasus Covid-19 di China Melonjak, Pemerintah Perbanyak Fasilitas Kesehatan
Dikutip dari Channel News Asia, Kartu Rencana Perjalanan merupakan bagian utama dari kebijakan nol-Covid China, dengan jutaan orang diharuskan memasukkan nomor telepon mereka untuk menunjukkan tanda panah hijau agar dapat melakukan perjalanan antar provinsi atau mengikuti acara.
Kartu Rencana Perjalanan tersebut telah diluncurkan pada 2020 lalu dengan menggunakan sistem warna yang berbeda tergantung pada tingkat paparan Covid yang diprediksi pengguna. Kartu Rencana Perjalanan diubah beberapa kali sebelum perubahan terakhir tahun ini untuk mempersingkat periode pelacakan dari 14 menjadi tujuh hari.
Lantas, pengguna media sosial pun memuji dipensiunkannya kartu tersebut dan beginilah reaksi warganet.
"Sampai jumpa, ini mengumumkan akhir dari sebuah era, dan juga menyambut yang baru," tulis seseorang di platform Weibo yang mirip Twitter.
"Goodbye itinerary card, konser nih aku datang," tulis yang lain.
Seperti diketahui, China secara bertahap mulai melonggarkan pembatasan ketatnya terkait Covid-19 setelah pada bulan lalu terjadi aksi protes dan kerusuhan besar-besaran di beberapa kota.