Pemerintah Biden Sebut Tingginya Penyakit Alzheimer dan Demensia Sebagian karena Tindakan Rasisme
Pemerintahan AS Joe Biden mengatakan penyebab orang Amerika non-kulit putih memiliki tingkat penyakit Alzheimer sebagian karena tindakan rasisme.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan bahwa penyebab orang Amerika non-kulit putih memiliki tingkat penyakit Alzheimer dan Demensia yang relatif tinggi, sebagian karena tindakan rasisme.
Sementara itu, Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan (HHS) AS pada minggu ini pun menyampaikan dalam laporan tahunannya tentang penanganan Alzheimer dan Demensia terkait.
Lembaga itu menekankan bahwa 'rasisme sistemik yang mengakar' harus ditangani dan diprioritaskan, dibandingkan hanya berfokus pada perilaku individu.
Dikutip dari laman Russia Today, Kamis (22/12/2022), Sekretaris HHS, Xavier Becerra menyerukan 'intervensi' untuk mengurangi perbedaan dalam tingkat Alzheimer, menyesuaikan upaya pemerintah 'dengan kompetensi dan kesetaraan budaya sebagai fokus utama'.
Baca juga: Pengobatan Medis Belum Menjamin Kesembuhan, Deteksi Dini Diperlukan untuk Cegah Demensia
"Ketidaksetaraan struktural yang berakar pada rasisme, seperti kurangnya investasi dalam pendidikan, komunitas, dan akses di bawah standar untuk makanan bergizi, merupakan 'penyebab penting' perbedaan dalam kasus Demensia," kata HHS.
Perlu diketahui, orang kulit hitam sekitar dua kali lebih mungkin mengembangkan penyakit Alzheimer atau Demensia dibandingkan orang kulit putih.
Sedangkan orang Hispanik sekitar 1,5 kali lebih mungkin.
Di sisi lain, Asosiasi Alzheimer yang berbasis di Chicago, AS mencantumkan usia, riwayat keluarga dan genetika sebagai faktor risiko utama untuk mengembangkan penyakit terkait Demensia.
Menderita cedera kepala atau kesehatan jantung yang buruk juga dapat meningkatkan kemungkinannya.
Orang lanjut usia (lansia) yang mengkonsumsi makanan sehat, berolahraga, tetap aktif secara sosial dan menghindari kebiasaan merokok serta penyalahgunaan alkohol mungkin dapat mengurangi risiko Alzheimer mereka.
Namun tidak seperti pemerintahan Biden, kelompok nirlaba tersebut belum menemukan hubungan antara Alzheimer dan rasisme.
Baca juga: Pikun Dianggap Lumrah, Itu Membuat Penderita Alzheimer Tak Melakukan Upaya Apa-apa
"Alasan perbedaan ini tidak dipahami dengan baik, tetapi para peneliti percaya bahwa tingkat penyakit pembuluh darah yang lebih tinggi pada kelompok ini juga dapat menempatkan mereka pada risiko lebih besar untuk mengembangkan Alzheimer," kata asosiasi tersebut.
Sementara itu, dokumen HHS berpendapat bahwa perbedaan dalam faktor risiko 'didasarkan pada generasi rasisme dan ketidaksetaraan struktural'.
Lebih buruk lagi, kata departemen itu, orang non-kulit putih yang menderita Alzheimer juga memiliki akses di bawah standar untuk memperoleh perawatan dan sumber daya medis, serta lebih kecil kemungkinannya dibandingkan orang kulit putih untuk menerima diagnosis dan perawatan yang tepat.
"Oleh karena itu, sangat penting bahwa penelitian, intervensi dan infrastruktur untuk dapat mengatasi faktor risiko yang dapat dimodifikasi secara budaya responsif dan didasarkan pada peningkatan kesetaraan dengan mengatasi faktor penentu sosial kesehatan," jelas HHS.
Menurut HHS, ada lebih dari 6 juta orang Amerika menderita Alzheimer, dan jumlah itu diperkirakan akan melonjak menjadi 13 juta pada 2060, mengingat populasi yang menua di negara itu.
Penyakit tersebut secara perlahan merusak fungsi otak, menyebabkan penurunan kognitif serta memicu gangguan perilaku dan kejiwaan.