Pria Iran Akhiri Hidup di Kota Lyon Prancis, Frustrasi dengan Aksi Protes di Negara Asalnya
Pria Iran mengakhiri hidupnya di Kota Lyon Prancis. Ia frustrasi melihat aksi keras pemerintah Iran terhadap pendemo yang membela Mahsa Amini.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Salma Fenty
Menurut beberapa anggota komunitas Iran, Moradi adalah sarjana sejarah dan bekerja di sebuah restoran.
Dia tinggal di Lyon bersama istrinya selama tiga tahun.
"Jantungnya berdebar untuk Iran, dia tidak tahan lagi dengan rezim," kata Timothee.
Protes telah mencengkeram Iran selama lebih dari tiga bulan.
Kelompok Hak Asasi Manusia Iran (IHR) yang berbasis di Oslo mengatakan pada hari Selasa bahwa 476 pengunjuk rasa telah tewas dalam aksi untuk rasa.
Sementara itu setidaknya 100 orang Iran berpotensi dieksekusi atas protes tersebut.
Sebelumnya sudah ada dua pemuda yang telah dieksekusi.
"Polisi menyerang orang, kami kehilangan banyak putra dan putri, kami harus melakukan sesuatu," kata Moradi dalam videonya sebelum meninggal.
Siapa Mahsa Amini? Wanita Iran yang Kematiannya Memicu Aksi Protes Besar-besaran di Berbagai Negara
Mahsa Amini adalah seorang wanita 22 tahun yang tewas saat berada dalam penahanan polisi.
Ia ditahan karena dianggap tidak memakai jilbab dengan benar.
Dilansir Harper's Bazaar, pada 13 September, Mahsa Amini datang ke ibukota Iran, Teheran untuk kunjungan keluarga.
Ia berasal dari kota Saqqez di Provinsi Kurdistan, di Iran barat.
Saat berada di pintu masuk Jalan Raya Haqqani bersama saudara laki-lakinya Kiaresh Amini, Mahsa Amini ditangkap oleh 'Patroli Bimbingan'.