Bukan Putin atau Zelenksyy, Gubernur Ini Diyakini Bisa Setop Perang Rusia-Ukraina
Bank Indonesia (BI) menilai tidak hanya kekuatan politik yang bisa hentikan perang Rusia dan Ukraina, tapi juga kekuatan pasar finansial.
Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menilai tidak hanya kekuatan politik yang bisa hentikan perang Rusia dan Ukraina, tapi juga kekuatan pasar finansial.
Kepala Badan Supervisi BI Prof Edhie Purnawan mengatakan, hal itu karena beban pembayaran kupon surat utang atau bonds sangat besar akibat perang yang menimbulkan kenaikan inflasi dan suku bunga.
Beban bunga bonds yang kira-kira 1,5 triliun sampai 2 triliun dolar Amerika Serikat (AS) dinilai terlalu berat untuk pasar finansial di Eropa dan Amerika.
Baca juga: Rusia: Banyak Investor Tertarik dengan Pembangunan Kota Baru di Wilayah Kherson
"Karena itu, beberapa pendapat menyatakan orang yang bisa hentikan perang Rusia-Ukraina bukan Putin, bukan pula Zelensky, bukan Joe Biden, apalagi sekjen NATO. Orang yang bisa menghentikan perang itu adalah Jerome Powell," ujarnya dalam acara Talkshow Economic Outlook 2023 bertajuk "Optimisme atau Waspada" di kawasan Cikini, Jakarta, Senin (9/1/2023).
Menurut Edhie, kalau Jerome Powell selaku Gubernur Bank Sentral AS atau The Fed di 2023 terus menaikkan suku bunga dengan besaran sama di 2022, akan memakan biaya bunga bonds makin tinggi.
"Katakan (kenaikan suku bunga Fed) 425 basis poin (seperti di 2022), maka bebannya akan dua kali lipat. Itu pasti akan ada negosiasi investor-investor besar dunia untuk selesaikan itu," katanya.
Adapun dari sisi pasar finansial tahun sebelumnya, jumlah bonds yang diciptakan Amerika kira-kira nilainya 30 triliun dolar AS dan Eropa 20 triliun dolar AS.
Dengan demikian, total dari dua benua besar yang menguasai sekira 90 persen bonds itu kira-kira 50 triliun dolar AS, dan Jerome Powell terus naikkan suku bunga hingga 425 basis poin di 2022.
"Katakanlah kenaikan biaya dari pegang bonds sekira 3,5 persen, maka dikalikan 50 triliun dolar AS sama dengan 1,5 triliun hingga 2 triliun dolar AS, itu terlalu mahal untuk pasar finansial di negara maju Eropa dan Amerika. Karena itu, meski Amerika masih gelontorkan senjata ke Ukraina, tapi nilainya sudah lebih rendah," pungkas Edhie.