Anggota Parlemen AS dan Brasil Dilaporkan Bekerja Sama Usut Kerusuhan di Brasilia
Anggota parlemen Amerika Serikat dan Brasil dilaporkan sedang mencari cara untuk bekerja sama dalam penyelidikan atas kerusuhan di Brasilia
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Anggota parlemen Amerika Serikat dan Brasil dilaporkan sedang mencari cara untuk bekerja sama dalam penyelidikan atas kerusuhan di Brasilia akhir pekan lalu.
Dikutip dari Reuters, diskusi awal terjadi saat lebih dari 70 anggota parlemen di kedua negara tersebut menandatangani pernyataan bersama yang mengecam kekuatan "anti-demokrasi" yang mencoba membatalkan hasil pemilu di negara mereka dengan kekerasan.
Pendukung mantan Presiden Brasil Jair Bolsonaro menyerbu Kongres, Mahkamah Agung, dan istana kepresidenan Brasil pada Minggu (9/1/2023), menyerukan kudeta militer untuk membatalkan pemilihan umum Oktober yang dimenangkan oleh Luiz Inacio Lula da Silva.
Baca juga: Dibocorkan Orang Dalam, Pelatih AS Roma Jose Mourinho Bakal Tukangi Timnas Brasil
Anggota DPR AS Bennie Thompson, ketua komite DPR yang baru-baru ini dibubarkan yang menyelidiki serangan 6 Januari 2021 di US Capitol, adalah salah satu anggota parlemen yang sedang mendiskusikan kerja sama untuk menyelidiki kerusuhan di Brasil, menurut salah satu sumber.
"Saya sangat bangga dengan hasil kerja dan laporan akhir Komite Seleksi 6 Januari. Jika (itu) berfungsi sebagai model untuk penyelidikan serupa, saya akan membantu sebisa mungkin," kata Thompson dalam pernyataan tertulis.
Presiden Senat Brasil Rodrigo Pacheco juga telah membahas gagasan kerja sama semacam itu dengan diplomat top AS di Brasilia, kata sumber lain yang mengetahui percakapan tersebut.
Seorang sumber, yang dekat dengan Pacheco, mengatakan chargée d'affaires kedutaan AS, Douglas Koneff, menerima gagasan untuk berbagi pengetahuan dari penyelidikan kerusuhan para pendukung Donald Trump yang saat itu menyerang US Capitol dalam upaya menghentikan Kongres AS untuk mengesahkan kemenangan Joe Biden dalam pemilihan presiden Amerika Serikat.
Kantor Pacheco dan kedutaan besar AS di Brasilia tidak segera menanggapi permintaan komentar mengenai kabar kerja sama untuk mengusut kerusuhan di Brasilia.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan pada Rabu (11/1/2023) bahwa Washington belum menerima permintaan khusus dari Brasil mengenai kekerasan baru-baru ini di Brasilia, namun AS akan menanggapi "secepatnya" jika permintaan itu tiba.
Baca juga: Pendukung Jair Bolsonaro Kepung Istana Kepresidenan Brasil, Pemimpin Dunia Mengecam
Secara terpisah, sekelompok 74 anggota parlemen federal di Amerika Serikat dan Brasil merilis pernyataan bersama pada Rabu mengutuk kekerasan politik di Brasilia serta kerusuhan di Washington yang terjadi dua tahun.
Pernyataan tersebut, yang ditandatangani terutama oleh anggota parlemen progresif di kedua negara, diungkapkan oleh Washington Brazil Office, sebuah kelompok yang mempromosikan dialog bilateral untuk membela hak asasi manusia dan pembangunan berkelanjutan.
"Bukan rahasia lagi bahwa agitator ultra-kanan di Brasil dan Amerika Serikat sedang mengoordinasikan upaya," tulis mereka, mengutip hubungan antara Trump dan Bolsonaro.
"Sama seperti ekstremis kanan mengoordinasikan upaya mereka untuk merusak demokrasi, kita harus bersatu dalam upaya kita untuk melindunginya," tambahnya.
Laporan akhir komite 6 Januari, yang dirilis bulan lalu, mengatakan Trump harus menghadapi tuntutan pidana karena menghasut kerusuhan mematikan tersebut.
Laporan tersebut mencantumkan 17 temuan spesifik, membahas implikasi hukum dari tindakan mantan presiden AS itu dan beberapa rekannya serta termasuk rujukan kriminal Trump dan individu lain ke Departemen Kehakiman AS.