Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Putin Copot Jenderal Armageddon dari Komandan Pasukan Invasi Ukraina, Sosok Ini Jadi Penggantinya

Presiden Rusia Vladimir Putin mencopot komandan tertinggi Rusia di Ukraina, Sergei Surovikin, hanya tiga bulan setelah dia dilantik.

Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Putin Copot Jenderal Armageddon dari Komandan Pasukan Invasi Ukraina, Sosok Ini Jadi Penggantinya
Pravda
Jenderal Sergei Surovikin 

Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni

TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW - Presiden Rusia Vladimir Putin mencopot komandan tertinggi Rusia di Ukraina, Sergei Surovikin, hanya tiga bulan setelah dia dilantik.

Kepala Staf Umum Militer Rusia Valery Gerasimov sekarang akan memimpin apa yang disebut Putin sebagai "operasi militer khusus" di Ukraina.

Melansir dari BBC, Gerasimov menggantikan Sergei Surovikin atau dikenal sebagai "Jenderal Armageddon" yang mengawasi serangan brutal baru-baru ini terhadap infrastruktur energi Ukraina.

Baca juga: Pelaku Pembunuhan di Makassar Tergiur Harga Organ di Sebuah Situs Rusia, Dapat Dijual Rp 1,2 Milliar

Perombakan itu terjadi ketika Rusia mengklaim telah membuat kemajuan di Ukraina timur setelah mengalami serangkaian kekalahan dalam beberapa bulan terakhir.

Jenderal Gerasimov, yang menjabat sejak 2012, adalah kepala staf umum militer Rusia terlama di era pasca-Soviet.

Jenderal Surovikin, yang sekarang menjadi wakil dari Gerasimov, dijuluki "Armageddon" karena taktik brutalnya dalam perang sebelumnya, termasuk operasi Rusia di Suriah, pada khususnya dalam pengeboman besar-besaran di kota Aleppo, Suriah.

Tidak lama setelah Surovikin ditunjuk untuk memimpin operasi di Ukraina pada Oktober, Rusia memulai serangan untuk menghancurkan infrastruktur energi Ukraina, menyebabkan jutaan warga sipil Ukraina hidup tanpa listrik atau air mengalir untuk waktu yang lama di musim dingin. Dia juga mengawasi penarikan Rusia dari kota Kherson di Ukraina.

Berita Rekomendasi

Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan keputusan untuk mengganti Jenderal Surovikin bertujuan "untuk mengorganisir kontak yang lebih dekat antara berbagai cabang angkatan bersenjata dan meningkatkan kualitas dan efektivitas manajemen pasukan Rusia".

Namun, langkah tersebut dianggap oleh beberapa orang sebagai tanda bahwa Surovikin mungkin telah mendapatkan terlalu banyak kekuasaan.

Baca juga: Yevgeny Prigozhin Klaim Tentara Bayaran Wagner Rusia Rebut Tambang Garam dan Gipsum di Soledar

"Sebagai komandan bersatu di Ukraina, Surovikin menjadi sangat kuat, dan kemungkinan melewati (Menteri Pertahanan Rusia Sergei) Shoigu dan Gerasimov ketika berbicara dengan Putin," cuit analis militer Rob Lee di platform media sosial Twitter.

Pengumuman mengenai perombakan tersebut yang diungkapkan pada Rabu (12/1/2023) datang saat pertempuran Moskow dan Kyiv berlanjut di kota Soledar, Ukraina.

Jatuhnya Soledar dapat membantu pasukan Rusia untuk memuluskan serangan mereka di kota strategis Bakhmut dan memberi mereka posisi artileri yang aman untuk menjangkau Bakhmut.

Soledar juga memiliki tambang garam, yang dapat digunakan untuk menempatkan pasukan dan menyimpan peralatan militer, untuk terlindung dari misil Ukraina.

Grup Wagner, tentara bayaran Rusia, mengklaim telah berhasil menyerbu kota Soledar. Pada Selasa (10/1/2023) malam, pemimpin Grup Wagner, Yevgeny Prigozhin, mengatakan pasukannya telah sepenuhnya menguasai Soledar.

Baca juga: Update Perang Rusia-Ukraina Hari ke-322: Kelompok Tentara Bayaran Wagner Klaim Kuasai Soledar

Namun pada Rabu, Kementerian Pertahanan Rusia mengeluarkan pernyataan yang tampaknya bertentangan dengan klaim Prigozhin atau mengisyaratkan bahwa hanya pasukan kelompok Wagner yang terlibat dalam serangan di Soledar.

Hal ini menyebabkan Prigozhin mengulangi klaim tersebut pada Rabu malam. Dalam pernyataan singkat di Telegram, dia mengklaim bahwa tentara bayarannya telah membunuh sekitar 500 tentara pro-Ukraina.

"Seluruh kota dipenuhi mayat tentara Ukraina," tulisnya.

Perbedaan nyata dalam pernyataan resmi Rusia seputar peristiwa terbaru di Soledar mengisyaratkan perpecahan dalam kepemimpinan militer negara itu, khususnya antara Grup Wagner dan kementerian pertahanan.

Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky membantah bahwa Soledar telah jatuh ke tangan Rusia.

"Negara teroris dan propagandisnya berusaha berpura-pura telah mencapai beberapa keberhasilan di Soledar," kata Zelensky dalam pidato malamnya pada hari Rabu.

"Kami melakukan segalanya, tanpa henti satu hari pun, untuk memperkuat pertahanan Ukraina. Potensi kami berkembang," tambahnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Terkait

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas